dc.description.abstract | Pantai di Kabupaten Jember pada umumnya merupakan pantai yang sempit
dengan bentuk garis pantai berteluk dan morfologi yang relatif landai. Litologi
penyusun pantai terdiri atas pasir halus hingga kasar, mengandung besi dan feldspar.
Pantai di Kabupaten Jember juga memiliki karakteristik yang berbeda salah satunya
pantai Payangan. Pantai Payangan memanfaatkan lahan pantai sebagai pelabuhan dan
pemukiman dataran rendah yang rawan terjadi intrusi air laut.
Intrusi air laut merupakan masuk atau menyusupnya air laut ke dalam poripori
batuan dan mencemari air tanah yang terkandung di dalamnya, sehingga
mengakibatkan kerusakan tata air tanah. Kerusakan yang terjadi meliputi kualitas air
tanah itu sendiri dimana air tanah bisa terasa payau bahkan asin.
Air tanah sampai saat ini merupakan pilihan terbaik dalam usaha untuk
mencukupi kebutuhan air sehari hari. Pilihan tersebut didasari alasan bahwa jauhnya
aliran sungai dan tidak adanya danau di daerah kawasan Pantai Payangan, sehingga
penggunan air tanah menjadi solusi terakhir untuk mencukupi semua kebutuhan,
namun air tanah di daerah Pantai Payangan memiliki warna air kekuning-kuningan.
Warna kekuning – kuningan tersebut mengindikasikan telah terjadi intrusi air laut di
daerah tersebut. Jika pencemaran air tanah ini benar benar terjadi maka hal ini bisa
menjadi penghambat dan berdampak buruk pada kesehatan penduduk di daerah
Pantai Payangan. Maka perlu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pada titik titik satu tempat dekat
garis pantai untuk mendeteksi sejauh mana rembesan air laut ke daratan dengan
metode geolistrik konfigurasi Wenner Schlumberger di Pantai Payangan, sehingga
diharapkan dengan metode ini akan dapat mendeteksi sejauh mana rembesan air laut
di daerah Pantai Payangan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan tujuan mengamati dan
menginterpretasikan kondisi dinamika stuktur bawah permukaan terkait air laut yang
berpengaruh terhadap terjadinya intrusi air laut dengan menggunakan metode
geolistrik resistivitas 2D. Pengambilan data dilakukan di daerah 30 meter dari garis
pantai dengan arah lintasan sejajar permukaan air laut, dan garis lintasan memotong
arah air laut ke daratan daerah rawan intrusi air laut di Pantai Payangan. Pengukuran
menggunakan 4 lintasan dengan susunan sebagai berikut; lintasan 1 dengan panjang
berjarak 30 m, sedangkan lintasan 2 berjarak 40 m dari garis pantai. Pada lintasan 3
dan lintasan 4, masing masing berjarak 60 m dan 100 meter dari garis pantai.
Keempat lintasan tersebut dibuat dengan panjang 100 meter dengan jarak antar
elektroda pada pengukuran awal sebesar 2 meter.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di daerah Pantai Payangan
dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner Schlumberger
didapatkan kondisi struktur bawah permukaan berdasarkna nilai resistivitas batuan
yang tersebar di keempat lintasan. Hasil pengolahan data dari sofware Res2dinv di
keempat lintasan, diperoleh gambaran intrusi air laut dibawah permukaan. Daerah
yang diduga terintrusi air laut adalah sebagai berikut; lintasan 1 pada meter ke 4 - 92
dan kedalaman 0.500 – 8.60 meter yang dicitrakan warna biru dan hijau dengan nilai
resistivitas 1.19 – 45.2 Ωm. Lintasan 2 terletak pada meter ke 7 - 93 dan kedalaman
1.55 sampai ≥8.60 meter yang dicitrakan warna biru dan hijau dengan nilai
resistivitas 0.899 – 46.1 Ωm. Lintasan 3 terletak pada meter ke 4 - 94 dengan
kedalaman 0.500 sampai sampai ≥8.60 meter yang dicitrakan warna biru dan hijau
dengan nilai resistivitas 0.353 – 22.1 Ωm. Dan pada lintasan 4 terletak pada meter 6 -
90 dengan kedalaman 2.70 sampai ≥8.60 meter yang dicitrakan warna biru dan hijau
dengan nilai resistivitas 0.861 – 29.1 Ωm. Sesuai dengan data yang didapat pada
daerah Pantai Payangan diduga masih terjadi intrusi air laut sejauh 100 meter dari
garis pantai. | en_US |