PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MODEL ‘CORE’ (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PELUANG UNTUK SISWA SMA KELAS XI
Abstract
Dalam dunia pendidikan, pemilihan pendekatan dan model pembelajaran yang
tepat adalah suatu hal yang harus diperhatikan. Pemilihan pendekatan yang tepat akan
memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran. CORE merupakan model
pembelajaran dengan metode diskusi yang berlandaskan pada teori konstruktivisme
yang bertujuan mengaktifkan dan mengembangkan nalar siswa. Dengan pendekatan
kontekstual, pembelajaran bisa lebih bermakna bagi siswa karena pendekatan
kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa model pembelajaran CORE
dengan pendekatan kontekstual ini sangat cocok apabila dikemas secara rapi dalam
pembelajaran.
Perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa 4 buah RPP, 4 buah
LKS, sebuah Buku Siswa, dan sebuah THB. Model pengembangan perangkat yang
digunakan beracuan pada model 4-D. Berdasarkan hasil penilaian dan validasi,
perangkat pembelajaran direvisi dan hasilnya disebut Draft 2 yang layak untuk
diujicobakan. Uji Coba perangkat pembelajaran dilaksanakan di SMA Negeri 1
Situbondo pada tanggal 9 September hingga 17 September 2013. Hasil uji coba
digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kualitas perangkat pembelajaran dan
hasilnya disebut draft 3 (produk).
Dari hasil validasi perangkat pembelajaran diperoleh koefisien validitas RPP,
LKS, THB, dan Buku Siswa berturut-turut adalah 0,83; 0,78; 0,75; dan 0,78. Hasil
viii
analisis reliabilitas THB diperoleh nilai = 0,61 dengan kategori “tinggi”. maka,
instrumen THB tersebut dapat dikatakan reliabel artinya memiliki keajegan yang tinggi
untuk digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar siswa. Perangkat pembelajaran
dikatakan valid atau layak karena skor atau koefisien validitasnya lebih dari 0,60 yang
berarti koefisien validitas tinggi atau sangat tinggi. Hal ini menunjukkan perangkat
pembelajaran tersebut valid.
Hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada
pertemuan pertama sampai pertemuan keempat, berturut-turut adalah 89,74%, 97,43%,
93,20%, dan 97,43%. Hal ini menunjukkan perangkat pembelajaran tersebut telah
memenuhi kriteria kepraktisan.
Tingkat efektifitas perangkat pembelajaran diperoleh dari rekapitulasi hasil
persentase aktivitas siswa, angket respon siswa, dan THB. Dari hasil aktivitas siswa
pada pertemuan pertama sampai pertemuan keempat berturut-turut adalah, 89,23%,
86,28%, 91,15%, 89,74%. Maka aktivitas siswa yang diamati selama pembelajaran
dikatakan baik. Sedangkan dari analisis angket yang telah diisi oleh 30 siswa diperoleh
bahwa lebih dari 80% siswa menunjukkan respon positif terhadap pembelajaran
matematika dengan model CORE dengan pendekatan kontekstual. Hasil analisis hasil
belajar siswa yang terdiri dari segi kogintif yang berupa THB dan segi afektif yang
berupa aktivitas siswa terhadap 30 siswa di kelas XI IPA 5 adalah 90% siswa (27
siswa) mendapat nilai di atas 75 dan hanya 10% siswa (3 siswa) mendapat nilai di
bawah 75. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat memahami materi yang telah
diajarkan dengan menggunakan model CORE dengan pendekatan kontekstual. Jadi
dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran tersebut telah memenuhi kriteria
keefektifan.
Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran matematika model CORE dengan
pendekatan kontekstual materi peluang ini dikatakan baik karena telah memenuhi
standar rata-rata ketuntasan hasil belajar dan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dapat dikatakan valid, efektif, dan efisien.