PENGARUH PELATIHAN CUCI TANGAN BERSIH DENGAN METODE BERMAIN PUZZLE TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN CUCI TANGAN ANAK TUNAGRAHITA DI SDLB-C TPA KABUPATEN JEMBER
Abstract
Anak dengan tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan pada 
tingkat kecerdasannya yang berada dibawah rata-rata anak normal. Prevalensi 
anak tunagrahita di Indonesia cukup tinggi dan Jawa Timur berada diurutan kedua 
dengan jumlah anak tunagrahita 125.190 anak. Prevalensi anak tunagrahita di 
Kabupaten Jember Berjumlah 166 anak. Permasalah anak tunagrahita adalah 
ketidakmampuan melakukan cuci tangan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan 
cuci tangan anak tunagrahita dengan memberikan pelatihan cuci tangan metode 
puzzle. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pelatihan cuci 
tangan bersih dengan metode bermain puzzle terhadap kemampuan melakukan 
cuci tangan anak tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten Jember. 
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah  pre 
eksperimental dengan menggunakan pendekatan pre test and post test group 
design. Populasi pada penelitian ini sebanyak 35 anak tunagahita. Sampel pada 
penelitian ini berjumlah 25 anak anak tunagrahita, teknik sampling yang 
digunakan adalah non probability sampling yang digunakan adalah purposive 
sampling. Penelitian dilakukan di SDLB-C TPA Kabupaten Jember dengan 
menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh adalah data primer dan data 
sekunder. Uji hipotesis menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test. 
Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin anak tunagrahita paling 
banyak adalah laki-laki berjumlah17 anak (68%) dan responden yang berjenis 
kelamin perempuan berjumlah 8 anak (32%). Rata-rata umur anak tunagrahita 
adalah 14 tahun dan umur yang paling tua adalah 22 tahun serta umur yang muda 
adalah 8 tahun.  Rata-rata lama sekolah responden adalah 6,36 tahun dan lama 
sekolah maksimum responden adalah 12 tahun dan minimum adalah 1 tahun.  
Kemampuan cuci tangan anak tunagrahita sebelum dilakukan pelatihan cuci 
tangan dengan metode puzzle dengan kategori kurang berjumlah 14 anak (56%), 
kategori cukup berjumlah 11 anak (44%), dan tidak ada anak tunagrahita 
dikategori baik. Kemampuan cuci tangan anak tunagrahita setelah dilakukan 
pelatihan cuci tangan dengan metode puzzle dengan kategori kurang berjumlah 1 
anak (32%), kategori cukup berjumlah 16 anak (64%), dan kategori baik 
berjumlah 8 anak (4%). Hasil pengolahan data dengan didapatkan p value 
(0,0001) < α (0,05) yang berarti Ho 
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan ada 
pengaruh pelatihan cuci tangan bersih dengan metode puzzle terhadap 
kemampuan melakukan cuci tangan bersih anak tunagrahita di SDLB-C 
Kabupaten Jember.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1674]