Show simple item record

dc.contributor.authorARIES KRISTIANTO
dc.date.accessioned2013-12-03T11:16:27Z
dc.date.available2013-12-03T11:16:27Z
dc.date.issued2013-12-03
dc.identifier.nimNIM071810301071
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3276
dc.description.abstractAir bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, air sering dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dan untuk keperluan industri. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama. Pencemaran lingkunga pada prosesnya dapat menyebabkan kekeruhan pada air disekitar lingkungan tersebut. Kekeruhan sering disebabkan oleh partikelpartikel koloid. Partikel koloid sulit dipisahkan dengan filtrasi biasa karena ukuran partikel yang cukup kecil. Untuk menghilangkannya dapat menambahkan koagulan. Koagulasi adalah peristiwa pembentukan partikel-partikel kecil menggunakan zat koagulan. Sedangkan flokulasi merupakan peristiwa pengumpulan partikel-partikel kecil hasil koagulasi menjadi flok yang lebih besar sehingga cepat mengendap. Dengan menggunakan biokoagulan dan bioflokulan yang berasal dari tumbuhan dan hewan diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengganti polielektrolit sintetik. Hasil penelitian Sa’adah (2010) menunjukkan bahwa daun belimbing wuluh (A. bilimbi L.) mengandung tanin. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pH dan konsentrasi optimum koagulan FeCl3 dan FeSO dalam proses pengolahan air.; (2) mengetahui pengaruh ekstrak kasar tanin dari daun belimbing wuluh (A. bilimbi L.) yang digunakan sebagai koagulan dalam proses pengolahan air.; (3) mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kasar tanin daun belimbing FeSO dalam proses pengolahan air (parameter yang digunakan dalam proses pengolahan air meliputi pH, kekeruhan, padatan terlarut dan konduktivitas). 4 Tanin diperoleh dari proses ekstraksi daun belimbing wuluh (A. bilimbi L.) dengan cara maserasi dengan menggunakan metanol 50%, kemudian difraksinasi dengan n-heksana. Hasil ekstraksi diperoleh dalam bentuk larutan sehingga ekstrak tersebut diuapkan terlebih dahulu untuk memperoleh tanin dalam bentuk serbuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulan FeCl optimum pada pH 9,00 dengan konsentrasi optimum sebesar 50 mg/L, sementara koagulan FeSO 3optimum pada pH 10,50 dengan konsentrasi optimum sebesar 60 mg/L. Ekstrak kasar tanin dapat membantu proses koagulasi dalam pengolahan air pada konsentrasi optimum 125 mg/L dengan persentase penurunan kekeruhan sebesar 16,30% dengan proses pengendapan selama 30 menit. Penambahan ekstrak kasar tanin berpengaruh pada parameter kualitas air, pada kondisi optimum koagulanFeCl dengan kombinasi tanin dapat menurunkan kekeruhan sebesar 72,43%, menurunan pH sebesar 47,24%, menurunan padatan terlarut sebesar 86,13% dan menurunan konduktivitas sebesar 5,44%. Sementara untuk koagulan FeSO3 dengan kombinasi tanin pada kondisi optimum dapat menurunkan kekeruhan sebesar 6,98%, menurunan pH sebesar 25,20%, sedangkan untuk padatan terlarut tidak dapat didefinisikan dan dapat menurunkan konduktivitas sebesar -5,81%en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries071810301071;
dc.subjectEKSTRAK KASAR TANIN DARI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)en_US
dc.titlePENGARUH EKSTRAK KASAR TANIN DARI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) PADA PENGOLAHAN AIRen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record