dc.description.abstract | Kenaikan bahan bakar minyak telah mendorong banyak industri beralih ke batubara
sebagai sumber energi. Sisa hasil pembakaran batubara akan menghasilkan limbah
yang salah satunya berupa fly ash (abu terbang) dan bottom ash (abu dasar). Fly Ash
adalah abu yang dihasilkan dari transformasi, pelelehan atau gasifikasi dari material
anorganik yang terkandung dalam batubara. Pada satu proses pembakaran batubara
dihasilkan fly ash sekitar 80% dan sisanya merupakan bottom ash yaitu sekitar 20%.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup limbah fly ash yang dihasilkan
mencapai 85 ton/hari dan limbah bottom ash mencapai 48 ton/hari (Dinas LH
Kabupaten Bandung, 2008). Sementara menurut peraturan (PP85/1999), limbah fly
ash maupun bottom ash dapat dikategorikan sebagai limbah B3 (bahan beracun dan
berbahaya). Banyaknya industri yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar
meninggalkan sejumlah permasalahan serius karena fly ash yang dihasilkan
mengandung logam-logam berat yang signifikan jumlahnya. Pelepasan abu sisa
pembakaran baik berupa fly ash maupun bottom ash akan berdampak buruk bagi
lingkungan sehingga perlu adanya penanganan khusus untuk mengatasi dampak
tersebut salah satunya dengan memanfaatkan limbah menjadi material baru yang
mempunyai nilai ekonomis. Silika merupakan salah satu komponen fly ash yang yang
paling dominan jumlahnya yaitu sekitar 30-36%. Silika banyak digunakan dalam
penyulingan minyak sayur, produk farmasi, deterjen, bahan perekat, kromatografi
kolom kemasan, dan keramik. Mengingat begitu banyak manfaat yang dapat diambil
dari unsur silika, maka pada penelitian ini dilakukan ekstraksi silika menggunakan
metode presipitasi. Selanjutnya silika yang dihasilkan dari ekstraksi akan dihitung
kadarnya dengan menggunakan metode gravimetri. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Oktober 2012 sampai dengan 31
Januari 2013 di Laboratorium Kimia Dasar, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember. Variabel yang akan diukur dalam
penelitian ini adalah variasi konsentrasi NaOH dan waktu ekstraksi, dimana
parameter yang diamati adalah banyaknya endapan silika kasar dan kadar silika yang
dihasilkan pada proses ekstraksi.
Berdasarkan kedua variabel tersebut didapatkan bahwa kenaikan konsentrasi
NaOH dan waktu ekstraksi dengan penambahn HCl 1 M pada rentang pH 6,5-7
menyebabkan peningkatan massa endapan silika kasar hasil ekstraksi dan kadar silika
silika hasil ekstraksi. Kadar silika tertinggi pada penelitian ini dihasilkan oleh silika
kasar yang berhasil diekstrak menggunakan NaOH 3 M dengan waktu ekstraksi 120
menit yaitu sebesar 33%. | en_US |