dc.description.abstract | Penelitian ini akan mengkaji problema kemiskinan dan aneka siasat lokal yang dilakukan kaum perempuan keluarga buruh perkebunan PTPN di wilayah Kabupaten Jember dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya dan sekaligus peran yang mreka lakukan dalam menegosiasikan kesetaraan gender. Problema kemiskinan yang dihadapi keluarga buruh perkebunan ini dapat dicermati, stidaknya, dari ketidakberdayaan mereka dalam menghadapi empat persoalan mendasar, yaitu: (1)pergulatan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari; (2) tersendat-sendatnya pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anaknya; (3) terbatasnya akses terhadap jaminan kesehatan keluarga; serta (4) sistem sosial dan ekonomi politik yang dinilai belum sepenuhnya berpihak kepada mereka yang nota bene sebagai wong cilik.
Kondisi kemiskinan akut ini pula, yang telah memaksa sebagian anggota keluarga buruh pelabuhan melakukan migrasi keluar desa untuk bekerja di sektor informal yang secara ekonomi lebih menjanjikan (Gilbert & Gugler, 1996:55, 67; Susanto, 1995:16-18; Pudjiwati, 1985:21). Opsi ini pula yang banyak ditempuh keluarga buruh perkebunan di Kabupaten Jember. Dari hasil penelusuran awal diperoleh informasi bahwa anggota keluarga yang keluar daerah untuk bekerja sebagai buruh migran kebanyakan adalah kaum laki-laki (suami). Dengan pilihan keluar daerah untuk bekerja di sektor informal, mereka berharap suatu saat akan mendapatkan peruntungan pekerjaan dengan upah yang menjanjikan. Pola demikian, menurut Gagler (1996:67), disebut sebagai pola mengadu nasib dengan sistem lotere kerja di perkotaan.
Kenyataannya, hasil kerja yang dilakukan suami di luar daerah tidak pernah mampu mengentaskan keluarga mereka dari belenggu kemiskinan. Sebagai konsekuensinya, kaum perempuanlah yang kemudian banyak mengambil peran baik dalam mengurusi pekerjaan domestik maupun dalam mencari nafkah untuk keluarga di rumah mengingat hasil kerja suami tidak setiap bulan dapat dikirimkan. Meski demikian, kaum perempuan terlihat tegar memainkan peran gandanya.
Karena itu, dipandang menarik mencermati fenomena kemiskinan yang dialami keluarga buruh perkebunan PTPN di wilayah Kabupaten Jember. Di tengah berbagai problema kerumitan hidup, kaum perempuan mampu tampil sebagai subyek utama dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya.
Kata Kunci : perempuan, kemiskinan, problema keluarga | en_US |