dc.description.abstract | Autis adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks terkait dengan
komunikasi, aktivitas imajinasi, dan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah
hubungan antar manusia dalam bentuk tindakan-tindakan berdasarkan nilai-niai
atau norma sosial yang berlaku dimasyarakat yang menghasilkan suatu proses
pengaruh mempengaruhi dan hubungan tetap yang pada akhirnya memungkinkan
pembentukan struktur sosial. Anak penyandang autis mempunyai gangguan dalam
bidang interaksi sosial, yaitu tidak tertarik untuk bermain bersama teman, lebih
suka menyendiri, tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindar untuk
bertatapan, senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang
diinginkan. Interaksi sosial merupakan kesulitan yang nyata bagi anak autis untuk
melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya. Adanya gangguan dalam
interaksi sosial pada anak autis dapat mempengaruhi aspek dalam belajar dan
perilaku.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan juga memiliki
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan pada anak baik sehat maupun sakit.
Perawat dapat membantu anak melakukan interaksi sosial yang lebih terarah
melalui suatu metode. Metode untuk penanganan dini yang dapat diberikan pada
anak autis yang mengalami gangguan dalam interaksi sosial salah satunya dengan
metode ABA (Applied Behaviour Analysis).
Metode ABA, khususnya kemampuan bersosialisasi dapat membantu
mereka mempelajari keterampilan sosial dasar seperti memperhatikan,
mempertahankan kontak mata, dan dapat membantu mengontrol masalah perilaku.
Dasar dari metode ini adalah menggunakan pendekatan teori behavioral, pada
tahap awal menekankan pada kepatuhan, keterampilan anak dalam meniru, dan
membangun kontak mata. Anak dapat berlatih berkomunikasi, berbicara, bahasa,
dan melakukan interaksi sosial.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh metode ABA:
kemampuan bersosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial anak autis di SLB
TPA Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pre eksperimental dengan rancangan pretest-posttest design. Populasi
dalam penelitian ini berjumlah 18 orang dengan menggunakan total sampling.
Sampel akhir dalam penelitian sejumlah 15 orang. Data analisis dengan uji
statistik wilcoxon match pair test untuk mengetahui perbedaan kemampuan
interaksi sosial sebelum dan setelah perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan interaksi
sosial anak autis setelah diberikan perlakuan metode ABA: kemampuan
bersosialisasi. Kemampuan interaksi sosial sebelum perlakuan pada kategori
kurang sebanyak 10 anak (66,7%), kemudian setelah dilakukan perlakuan
berkurang menjadi 5 anak (33,3%). Pada kategori cukup jumlah anak sebelum
diberikan perlakuan sejumlah 5 anak (33,3%), kemudian setelah diberikan
perlakuan naik menjadi 8 anak (53,3%). Pada kategori baik tidak ada anak yang
terdapat pada kategori ini, tetapi setelah diberikan perlakuan jumlah anak pada
kategori baik meningkat menjadi 2 anak (13,3%). Berdasarkan hasil uji wilcoxon
match pair test, diperoleh hasil bahwa p value (0,008) < α (0,05). Dengan
demikian hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada pengaruh metode ABA:
kemampuan bersosialisasi terhadap kemampuan interaksi sosial anak autis di SLB
TPA Kabupaten Jember. | en_US |