POTENSI EKSTRAK BIJI MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti DENGAN METODE SEMPROT
Abstract
Case Fatality Rate penderita DBD di dunia pada tahun 2004 sebesar 0,7
dan insidence rate sebesar 45. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan
berbagai negara bervariasi disebabkan beberapa faktor antara lain status umur
penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus, prevalensi serotipe virus
Dengue, dan kondisi metereologis. Di seluruh propinsi di Indonesia sejak Januari
sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD sudah mencapai 26.015,
dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ). Kasus tertinggi
terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat
di Propinsi NTT (3,96%).
Departemen Kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam
mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas
nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan
menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan. Kedua metode tersebut merupakan upaya untuk menghilangkan
perantara penyakit yang dapat dilakukan yaitu dengan pengendalian vektor.
Pengendalian vektor penyakit merupakan salah satu cara mencegah terjadinya
Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit, termasuk Demam Berdarah Dengue
(DBD).
Penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) adalah penyakit yang sangat
mudah menyebar di masyarakat dan dapat menimbulkan kematian. Salah satu
vektor penyakit Demam Berdarah Dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes
aegypti adalah dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat
digunakan ada dua jenis yaitu insektisida sintetis dan insektisida botani (hayati).
Penggunaan insektisida sintetik menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran
viii
lingkungan, penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh keracunan serta biological
magnification pada rantai makanan. Penggunaan insektisida botanik pada
umumnya menunjukkan tingkat keamanan lebih tinggi karena molekulnya mudah
terpecah menjadi senyawa yang tidak berbahaya terhadap lingkungan. Tanaman
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu jenis tanaman yang
dapat digolongkan dalam insektisida botanik karena diantara kandungan senyawa
yang ditemukan terdapat kandungan senyawa alkaloid, saponin dan flavoid yang
merupakan kandungan racun (toksin) bagi hewan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya potensi ekstrak biji
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai insektisida terhadap nyamuk
Aedes. aegypti dengan metode semprot dan menentukan LC
dari ekstrak biji
mahkota dewa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan
eksperimental sederhana (Posttest Only Control Group Design). Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah nyamuk Aedes aegypti betina steril yang
tidak terpapar virus dengue yang berumur 2 – 5 hari. Sampel kemudian dibagi
menjadi kelompok perlakuan dan kontrol, masing-masing 10 ekor. Kelompok
perlakuan dipaparkan dengan ekstrak biji mahkota dewa dengan berbagai
konsentrasi, yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% sedangkan kelompok kontrol
menggunakan sipermetrin sebagai kontrol positif dan aquades + Tween 80
sebagai kontrol negatif. Masing - masing bahan uji dimasukkan dalam sprayer
dan disemprotkan 10 kali semprot. Didiamkan selama 20 menit, setelah itu
dipindahkan ke kotak steril atau kotak yang tidak ada paparan bahan uji.
Perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dilakukan 24 jam setelah
perlakuan, kemudian hasilnya dicatat dan dianalisis dengan analisis Chi Square
dan analisis probit.
50
Hasil pengamatan menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji
mahkota dewa semakin meningkat jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati. Hal ini
menunjukkan bahwa tiap konsentrasi dari ekstrak biji mahkota dewa memiliki
potensi sebagai insektisida terhadap nyamuk Ae. aegypti. Daya bunuh yang paling
rendah sampai yang efektif membunuh nyamuk berturut-turut adalah 5%, 10%,
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]