PENGARUH SARI PROLIFERASI SEL SARI KEDELAI SEBAGAI PENGHAMBAT PROLIFERASI SEL PADA KANKER PARU T KEDELAI SEBAGAI PENGHAMBAT KANKER PARU TIKUS WISTAR YANG DI WISTAR YANG DIINDUKSI 7,12– Dimethylbenz(a)antrhacene (DMBA)
Abstract
Saat ini sedang gencar dilakukan pengembangan penelitian untuk
mengobati dan mencegah perjalanan dari kanker. Beberapa pengobatan yang
dapat dilakukan adalah dengan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Modalitas terapi tersebut bukanlah tidak ada efek samping.
Saat ini mulai dikembangkan pengobatan dan pencegahan untuk kanker
yang berasal dari alam dapat dikonsumsi dan aman bagi tubuh. Salah satu
tanaman yang dipercaya dapat mencegah sekaligus menghambat proliferasi dari
sel kanker adalah kedelai. Kedelai merupakan tanaman yang termasuk suku
polong-polongan (
Leguminoceace). Tanaman ini cukup banyak mengandung
isoflavon yang diyakini sebagai anti kanker dan sebagai antiinflamasi (Simoda
dan Hamada, 2010). Isoflavon termasuk dalam senyawa fitoestrogen yang
memiliki fungsi sebagai enzim penghambat kanker, antioksidan, dan anti estrogen
(Kim
et al., 2006). Mekanisme kerja dari kedelai yang dapat menginduksi
apoptosis sel dan menghambat proliferasi sel dapat mengindikasikan bahwa
kedelai dapat sebagai agen kemopreventif (Darma
et al.,2008).
Tingginya kandungan isoflavon dalam kedelai dapat menjadi dasar
pemanfaatan sari kedelai sebagai pencegah kanker paru. Penghambatan sel kanker
oleh isoflavon dicapai melalui mekanisme perbaikan regulasi siklus sel yang
menyebabkan proliferasi gen abnormal menurun. Secara
in vitro, sari kedelai
terbukti dapat menghambat proses karsinogenesis (Pawiharsono, 2008).
Berdasarkan hal tersebut, kedelai berpotensi sebagai agen kemopreventif baru
termasuk untuk kanker paru, maka dilakukan penelitian ilmiah lebih lanjut untuk
mengetahui pengaruh sari kedelai terhadap gambaran proliferasi sel pada kanker
paru tikus wistar yang diinduksi 7,12dimethylbenz(a)antrhacene
(DMBA).
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
eksperimental laboratoris (Pratiknya, 2003) dengan rancangan penelitian yang
digunakan adalah
post test only control group design. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah
simple random sampling dengan 2
kelompok kontrol, yaitu kontrol negatif (pemberian pur dan aquadest) dan kontrol
positif (pemberian DMBA) serta 3 kelompok perlakuan, yaitu P
(pemberian
DMBA dan sari kedelai dosis 5mg/hari, P
(Pemberian DMBA dan sari kedelai
dosis 10 mg/hari), dan P
3
ix
2
(Pemberian DMBA dan sari kedelai dosis 20 mg/hari).
Setiap kelompok perlakuan dilakukan pemeriksaan histopatologi
menggunakan pewarnaan imunohistokimia dengan metode PCNA (
Proliferating
Cell Nuclear Antigen) pada mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali. Hasil
dari pemeriksaan didapatkan rerata jumlah gambaran proliferasi sel paru tikus
masing-masing kelompok adalah K
(-)
= 25,8, K
(+)
= 51, P
1
= 41,8, P
=
25,2.
Berdasarkan penelitian, sari kedelai terbukti mempunyai pengaruh terhadap
proliferasi sel paru, yaitu dapat mengurangi proliferasi sel dengan
mendetoksifikasi karsinogen reaktif menjadi non reaktif melalui peningkatan
ekspresi
glutathion S-transferase (GST), penundaan siklus sel, dan meningkatkan
ekspresi gen-gen antiproliferasi seperti TGF β dan TP53. Dari hasil penelitian
juga didapatkan dosis optimal sari kedelai dalam menghambat proliferasi sel yang
berlebihan adalah sebesar 20 mg/hari.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]