dc.description.abstract | Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker paru
pada wanita serta menempati insiden tertinggi dari seluruh jenis keganasan
(Kamarlis, 2009; Kumar et al, 2007). Beberapa usaha pengobatan terhadap kanker
belum mampu secara efektif menanggulangi kanker, sehingga perlu dilakukan
penelitian dan pengembangan obat kanker dengan cara menggunakan senyawa
kemopreventif. Salah satu usaha menemukan agen kemopreventif baru adalah
melalui penelitian terhadap tanaman obat yang digunakan secara tradisional oleh
masyarakat untuk mencegah terjadinya kanker. Tanaman yang berkhasiat sebagai
antikanker antara lain adalah tanaman kedelai (Glycine max L.) (Koswara, 2006).
Senyawa tumbuhan ini dilaporkan mempunyai sifat antikanker, antara lain :
inhibitor protease, phitat, saponin, phitosterol, asam lemak omega-3 dan
isoflavon. Isoflavon ini berfungsi melakukan regulasi untuk menghambat
pertumbuhan kanker (Asih, 2009).
Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories (Pratiknya, 2003)
dengan desain Post Test Only Control Group Design. Subjek penelitian dibagi
menjadi menjadi 5 kelompok dengan perlakuan yang berbeda, yaitu 2 kelompok
kontrol, yaitu kontrol negatif (pur + aquadest) dan kontrol positif (DMBA 4,2
mg/hari) serta 3 kelompok perlakuan, yaitu P
(sari kedelai dosis 5 mg/hari +
DMBA 4,2 mg/hari), P
2
viii
1
(sari kedelai dosis 10 mg/hari + DMBA 4,2 mg/hari), dan
P
3
(sari kedelai dosis 20 mg/hari + DMBA 4,2 mg/hari).
Berdasarkan penelitian ini sari kedelai terbukti berpengaruh terhadap
gambaran histopatologi sel kanker payudara, yaitu dapat menghambat terjadinya
undifferentiated sel kanker payudara pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang
diinduksi DMBA dan didapatkan dosis optimal sari kedelai sebesar 20 mg/hari. | en_US |