dc.description.abstract | Kakao merupakan salah satu komoditi penting sebagai sumber devisa Negara
dari sektor non-migas yang mampu menyumbangkan sekitar USD 1.15 milyar
pertahun (Anonim
a
, 2009). Namun seiring dengan munculnya penyakit busuk buah
kakao oleh P. palmivora menyebabkan penurunan produksi kakao pada beberapa
daerah sentra penghasil kakao Indonesia. Selama ini pengendalian P. palmivora yang
paling banyak dilakukan oleh petani kakao adalah aplikasi fungisida, namun
berdampak buruk pada keberlangsungan ekologi kebun serta penurunan kualitas biji
kakao yang dihasilkan karena residu fungisida yang terkandung di dalam bijinya.
Oleh karena itu penggunaan bahan tanam dari klon kakao tahan terhadap P.
palmivora merupakan salah satu solusi yang paling tepat, namun klon kakao ini
masih tergolong langka. Ethyl Methane Sulfonate (EMS) merupakan salah satu
mutagen kimia yang telah terbukti mampu menginduksi keragaman genetika pada
beberapa jenis tanaman pangan. Pada penelitian ini akan dilakukan induksi
mutagenesis pada benih kakao dengan EMS, kemudian dilakukan pengujian tingkat
ketahanan bibit kakao mutan terhadap P. palmivora. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui kemampuan EMS dalam induksi ketahanan tanaman kakao terhadap P.
palmivora, serta kemampuan EMS dalam menginduksi peningkatan sintesis senyawa
fenolik dan perubahan kandungan karbohidrat, protein serta pola pita protein pada
daun bibit kakao mutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada upaya pemuliaan tanaman kakao khususnya untuk mendapatkan klon kakao
yang tahan terhadap P. palmivora penyebab penyakit busuk buah.
Penelitian ini dibagi dalam empat tahapan. Tahap pertama adalah induksi
mutagenesis benih kakao dengan EMS dan uji viabilitas benih pasca mutasi. Pada
tahap ini benih kakao diperlakukan dengan dua konsentrasi larutan EMS yaitu 10 mM
dan 20 mM selama 6 dan 12 jam, setelah itu dilakukan uji viabilitas benih pada
masing-masing perlakuan. Tahap kedua adalah penanaman dan pengamatan tingkat
pertumbuhan tanaman kakao mutan di dalam green house hingga tanaman berusia 4
bulan. Tahap ketiga adalah seleksi ketahanan kakao mutan dengan miselia P. palmivora. Pada tahap ini diperoleh penggolongan tanaman kakao mutan sesuai
dengan tingkat ketahanannya. Tahap keempat adalah uji kandungan total fenol,
karbohidrat dan pola pita protein pada masing-masing tingkat katahanan kakao mutan
terhadap P. palmivora.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat viabilitas benih kakao pasca induksi
mutagenesis dengan EMS masih cukup tinggi. Tingkat viabilitas benih terendah 91%
pada perlakuan EMS 10 mM selama 12 jam. Hasil pengamatan tingkat pertumbuhan
kakao mutan menunjukkan bahwa perlakuan perendaman EMS 20 mM mampu
menghasilkan keragaman genetik baru dengan sifat agronomis yang paling baik yang
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Hasil uji ketahanan kakao
mutan terhadap P. palmivora diperoleh 14 kakao mutan kategori tahan, 16 kakao
mutan kategori moderat-tahan dan 98 kakao mutan kategori peka/rentan. Hasil uji
kandungan total fenolik menunjukkan adanya peningkatan kandungan fenolik seiring
dengan meningkatnya ketahanan terhadap P. palmivora. Kandungan karbohidrat
seperti glukosa, sukrosa dan amilum pada kakao tahan dan moderat tahan juga
mengalami perubahan. Sedangkan hasil kandungan protein dan uji pola pita protein
pada beberapa kakao mutan menunjukkan adanya perubahan pola pita protein sebagai
indikasi awal adanya proses mutagenesis pada benih kakao.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aplikasi EMS mampu menginduksi
keragaman genetik tanaman kakao untuk seleksi ketahanan alami bibit kakao
terhadap P. palmivora. Benih kakao pasca perlakuan mutagenesis dengan EMS masih
memiliki viabilitas yang tinggi. Aplikasi EMS mampu menginduksi peningkatan
sintesis senyawa fenolik dan perubahan kandungan karbohidrat yang meliputi gula
reduksi, sukrosa dan amilum serta perubahan kandungan protein dan pola pita protein
pada bibit kakao. | en_US |