PERBEDAAN EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU DAN SOFRATULLE TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA DIABETIK PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAMBIPUJI JEMBER
Abstract
Diabetes mellitus atau kencing manis adalah gangguan hormonal kronik
yang menyebabkan glukosa dalam darah berlebih disertai dengan berbagai
kelainan metabolik, yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dengan pemeriksaan
menggunakan mikroskop elektron. Diabetes mellitus merupakan penyakit
degeneratif yang memiliki banyak komplikasi. Komplikasi diabetes mellitus
antara lain gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan
pembuluh darah (vaskulopati), dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang sering
pula terjadi adalah perubahan patologis pada anggota gerak yang bisa
menyebabkan ulkus atau luka diabetik. Luka diabetik merupakan faktor yang
menyebabkan masalah biologis, psikologis, sosial, spiritual dan ekonomi sampai
kematian karena sepsis.
Penatalaksanaan luka yang tepat merupakan salah satu faktor yang
mendukung penyembuhan luka. Pendekatan baru untuk meningkatkan
penyembuhan luka baru-baru ini telah dikaji, termasuk penggunaan faktor-faktor
pertumbuhan untuk mempercepat penyembuhan. Manajemen perawatan luka
terkait dengan pengobatan luka diabetik masih beraneka ragam, diantaranya
penggunaan madu dan sofratulle. Madu telah digunakan sebagai obat alami untuk
berbagai penyembuhan penyakit sejak ribuan tahun yang lalu. Penggunaan madu
dalam perawatan luka tidak lepas dari perannya sebagai antibakteri, antiinflamasi,
menstimulasi serta mempercepat penyembuhan luka. Sedangkan sofratulle
merupakan antibiotik spektrum luas.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan efektivitas perawatan
luka menggunakan madu dan sofratulle terhadap proses penyembuhan luka
diabetik pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji Jember.
Desain penelitian yang digunakan adalah pre-experimental dengan rancangan one
group pretest-posttest. Sampel penelitian ini adalah 10 pasien diabetes mellitus
yang mengalami luka diabetik derajat I, II dan III yang dibagi menjadi dua
kelompok dengan rincian 5 pasien sebagai kelompok eksperimen perawatan luka
menggunakan madu dan 5 pasien lainnya sebagai kelompok eksperimen
perawatan luka menggunakan sofratulle.
Teknik analisa data yang digunakan adalah uji beda parametrik yaitu
independen t-test dengan nilai α = 0,01. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
selisih penilaian status luka diabetik sebelum dan sesudah perawatan luka
menggunakan madu adalah 20,2 dan rata-rata selisih penilaian status luka diabetik
sebelum dan sesudah perawatan luka menggunakan sofratulle adalah 6,6.
Berdasarkan pengolahan data menggunakan SPSS diperoleh p value sebesar
0,000 < α dan berada pada nilai kemaknaan p < 0,001, maka hasil yang diperoleh
amat sangat bermakna (Supadi, 2000). Secara statistik Ho ditolak, sehingga
hipotesis penelitian (Ha) gagal ditolak, artinya ada perbedaan efektivitas
perawatan luka menggunakan madu dan sofratulle terhadap proses penyembuhan
luka diabetik pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji
Jember. Saran yang dapat peneliti berikan adalah menerapkan penggunaan madu
sebagai agen perawatan luka karena memiliki efektivitas yang baik untuk proses
penyembuhan luka.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]