dc.description.abstract | Masjid saat ini tidak lepas dari fenomena penarikan amal. Hampir di setiap
masjid yang dalam proses pembangunan atau renovasi, dapat ditemui sekelompok
masyarakat yang menempatkan diri di jalan umum yang berdekatan dengan Masjid,
melakukan kegiatan penarikan sumbangan dana dengan menggunakan sarana
pengeras suara (toa) kapada pengguna jalan umum yang melintas. Dalam waktu
singkat petugas penarik amal yang memiliki unsur etnik tertentu, berusaha menarik
simpati pengguna jalan baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor yang
melintasi jalur tersebut untuk memberikan sedikit penghasilan yang dimiliki. Dalam
menjalankan tugasnya seorang petugas penarik amal tentunya menggunakan pilihan
bahasa tertentu untuk menyampaikan komunikasi, hal tersebut menarik untuk diteliti
penggunaanya. Masyarakat di Kabupaten Jember, khususnya di Desa Glagahwero
Kecamatan Panti, setiap individu menguasai bahasa Madura atau Jawa dengan baik.
Hal tersebut dapat dilihat pada petugas penarik amal di Masjid Al-Hidayah di Desa
Glagahwero Kecamatan Panti Kabupaten Jember yang beretnik Madura. Dalam
menjalankan tugasnya, mereka membutuhkan penggunaan pilihan bahasa yang tepat,
sesuai dengan pengguna jalan yang melintas dijalur amal. Baik pada mobil, sepeda
motor dan sepeda berdasarkan pada hubungan status sosial yang terjadi sebelumnya.
Dalam penelitian ini dibahas tentang (1) pilihan bahasa kepada pengguna
jalan yang dikenal akrab, (2) pilihan bahasa kepada pengguna jalan yang dikenal
tetapi tidak akrab, (3) pilihan bahasa kepada pengguna jalan yang tidak dikenal.
Dalam konteksnya meliputi pengguna jalan bermobil, bersepeda motor, dan
bersepeda. Penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode simak dan metode cakap. Sebagai bentuk dari penelitian kualitatif, dalam
penelitian ini menggunakan teknik SBLC sebagai data primer, dan menggunakan
teknik SLC sebagai data sekunder. Dilanjutkan dengan teknik cakap semuka, untuk
dapat mengetahui faktor-faktor yang mempeengaruhi pemilihan bahasa. Dalam
penelitian ini dilakukan teknik wawancara dengan menggunakan instrumen atau
pedoman wawancara. Selain itu teknik catat dan teknik rekam juga digunakan dalam
penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa, pilihan bahasa yang
digunakan penarik amal kepada pengguna jalan yang dikenal dan akrab, serta
menggunakan mobil, menggunakan bahasa Madura ragam enjek iyeh dan bahasa
Indonesia. Kepada yang dikenal tetapi tidak akrab dan bermobil, menggunakan
bahasa Madura ragam enggi bunten dan bahasa Jawa ragam ngoko. Kepada yang
tidak dikenal dan menggunakan mobil, menggunakan pilihan bahasa Madura ragam
enjek iyeh dan bahasa Indonesia. Kepada yang dikenal dan akrab, serta menggunakan
sepeda motor, menggunakan pilihan bahasa Madura ragam enjek iyeh. Kepada yang
dikenal tetapi tidak akrab, serta menggunakan sepeda motor, menggunakan pilihan
bahasa Madura ragam enggi bunten dan bahasa Indonesia. Kepada yang tidak
dikenal, dan menggunakan sepeda motor, menggunakan pilihan bahasa Indonesia dan
bahasa Madura ragam enggi bunten. Pilihan bahasa yang digunakan penarik amal
kepada yang dikenal akrab, serta menggunakan sepeda, menggunakan pilihan bahasa
Madura ragam enjek iyeh dan bahasa Jawa ragam ngoko. Kepada yang dikenal tetapi
tidak akrab, serta menggunakan sepeda, menggunakan pilihan bahasa Indonesia dan
bahasa Jawa ragam ngoko. Kepada yang tidak dikenal, serta menggunakan sepeda,
menggunakan pilihan bahasa Indonesia dan bahasa Madura ragam enjek iyeh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pilihan bahasa yang digunakan
petugas penarik amal yang beretnik Madura terdapat tiga faktor utama, yaitu : faktor
sosial, faktor psikologis, dan faktor budaya. Dalam hal ini faktor Jarak sosial,
kebutuhan mitra tutur dan faktor kebiasaan menjadi paling dominan penggunaannya
oleh petugas penarik amal. | en_US |