ANALISIS FEMINISME LIBERAL DALAM NOVEL NING ANAK WAYANG KARYA NIKEN DAN ANJAR
Abstract
Novel Ning Anak Wayang merupakan karya dari dua penulis yaitu Niken dan
Anjar. Novel Ning Anak Wayang ini merupakan novel dengan kisah perjuangan
seorang anak wayang untuk meraih pendidikan. Isi dari novel tersebut berkaitan
dengan aspek feminisme liberal. Selama ini pendidikan bagi seorang perempuan
pekerja seni tidaklah terlalu dipentingkan. Dalam novel ini dibuktikan bahwa
perempuan di novel ini bisa memacu semangat belajar walaupun anak orang miskin.
Tujuan dari penelitian adalah: (1) mendeskripsikan keterjalinan antarunsur
dalam novel Ning Anak Wayang. 2) mendeskripsikan feminisme liberal dalam novel
Ning Anak Wayang karya Niken dan Anjar. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan motivasi agar tidak mudah patah semangat demi menggapai cita-cita.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan struktural dan pragmatik.
Metode pendekatan struktural diimplementasikan dalam wujud analisis struktural,
sedangkan pendekatan pragmatik diimplementasikan dalam wujud analisis feminisme
liberal.
Dari analisis struktural novel Ning Anak Wayang dapat diketahui bahwa tema
mayor dalam novel Ning Anak Wayang adalah perjuangan seseorang yang berhasil
dalam menempuh pendidikan. Sebuah perjuangan anak wayang yang bernama Ning
dalam meraih pendidikannya. Tema minor dalam novel Ning Anak Wayang adalah
seorang Ibu akan berjuang dan berkorban demi anak-anaknya yang dapat dilihat dalam
tokoh Ibu Ning, dan dalam bersaing seseorang berusaha lebih baik yang dapat dilihat
dalam tokoh Golam. Watak dalam tokoh novel Ning Anak Wayang ada yang berwatak datar ada pula yang berwatak bulat. Tokoh Ning dan Ibu Ning memiliki watak datar
sedangkan Golam berwatak bulat.
Analisis feminisme liberal dalam novel Ning Anak Wayang yaitu perjuangan
untuk mendapatkan pendidikan, dan peran gender. Beberapa poin yang dibahas dalam
feminisme liberal tersebut dikaitkan dengan realitas sosial yang ada. Perjuangan Ning
untuk mendapatkan pendidikan ada beberapa tahap, dimulai dari SD hingga Ning
lulus kuliah. Perjuangan Ning masa SD yang berjalan kaki menuju sekolahnya,
mencatat semua pelajaran dan buku sekolah, membantu Ibunya dengan berjualan kue,
dan ingin membeli sepatu baru ia bekerja menjual tiket layar tancap. Perjuangan Ning
masa SMP Ning yang masih berjalan kaki, mencatat buku pelajaran, membantu
Ibunya disela-sela belajarnya, dan tetap bekerja menjual tiket layar tancap untuk
membantu Ibunya membayar uang sekolah. Perjuangan Ning masa SMA adalah Ning
yang masih berjalan kaki, mencatat buku pelajaran, dan mulai bekerja sebagai
penyanyi di tempat hiburan malam bersama Pak Denya untuk biaya masuk ke
perguruan tinggi. Perjuangan Ning masa kuliah Ning yang masih bekerja sebagai
penyanyi di tempat hiburan malam untuk membiayai kuliahnya dan sekolah adikadiknya.
Gender
dalam
novel
Ning
Anak
Wayang
terdapat
dua
yaitu Subordinasi dan
streotip. Stereotip dalam novel Ning Anak Wayang berasal dari anggapan Bu Lik Wid
dan Tarsih yang menganggap pendidikan itu tidak penting bagi seorang anak wayang.
Anggapan itulah yang menyebabkan anak wayang tersubordinasi. Subordinasi
dialami oleh Tarsih yang akhirnya menjadi wanita panggilan dikarenakan faktor
biaya.