PERAKITAN KAKAO TOLERAN TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN
Abstract
Tahap perkembangan embrio pada kakao sangat menentukan keberhasilan
teknik kultur jaringan, terutama untuk perbanyakan tanaman. Perbanyakan in vitro
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan organogenesis dan somatik
embriogenesis. Dibandingkan dengan teknik organogenesis, regenerasi tanaman
melalui somatik embriogenesis memiliki beberapa keunggulan karena mampu
menghasilkan embrio bipolar dari sel atau jaringan vegetatif . Somatik
embriogenesis merupakan suatu proses dimana sel somatik (baik haploid maupun
diploid) berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan
embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet (Anonim, 2008).
Embrio somatik dapat dicirikan dari strukturnya yang bipolar, yaitu
mempunyai dua calon meristem, yaitu meristem akar dan meristem tunas. Dengan
memiliki struktur tersebut maka perbanyakan melalui embrio somatik lebih
menguntungkan dari pada pembentukan tunas adventif yang unipolar. Di samping
strukturnya, tahap perkembangan embrio somatik menyerupai embrio zigotik.
Secara spesifik tahap perkembangan tersebut dimulai dari fase globular, fase hati,
fase torpedo, dan kotiledon (Winarsih et. al., 1995).
Studi tentang tahapan perkembangan embrio sangat penting untuk
mengetahui apakah ada perbedaan antara perkembangan embrio secara alami pada
biji dengan perkembangan embrio pada kultur embrio. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan kalus yang tahan terhadap PEG serta untuk
mengetahui perkembangan embrio dari kelima bagian bunga.
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Percobaan
disusun menurut rancangan acak lengkap faktorial yang diulang 3 kali. Percobaan
in vitro dengan 2 faktor yaitu faktor konsentrasi PEG (0, 5, 10, 15 g/l) dan faktor
bagian bunga (petala, staminodia, dasar bunga, putik, anther). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak semua bagian bunga dapat
membentuk embrio pada media multiplikasi dengan penambahan PEG. Petala
dapat membentuk kalus terbaik pada konsentrasi PEG 15 g/l yaitu sebesar 44
persen. Tahap perkembangan embrio hingga fase torpedo mengikuti
perkembangan embrio secara alami.
Collections
- MT-Agribusiness [159]