dc.description.abstract | Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran Matematika merupakan indikasi
bahwa tujuan dalam kurikulum Matematika belum tercapai secara optimal. Hal ini
juga dialami di SDN Karangduren 01, karena pembelajaran berpusat pada guru.
Akibatnya, aktivitas dan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep/prinsip
matematika yang diajarkan sangat rendah, khususnya pada materi perkalian. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) disertai media corong
berhitung. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan
model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan dalam pemecahan
masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran. Media corong berhitung merupakan alat peraga perkalian yang berperan
sebagai media pembelajaran matematika dan sangat cocok digunakan untuk
menanamkan konsep perkalian, khususnya di kelas rendah.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
melalui penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) disertai media corong berhitung; (2) untuk meningkatkan hasil belajar
siswa melalui penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) disertai media corong berhitung.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas III A SDN Karangduren 01 yang
terdiri dari 23 siswa dengan komposisi 13 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus.
Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dan
statistik deskriptif. Pengambilan data dimulai tanggal 27 November 2010 sampai 13
Desember 2010.
Data yang dikumpulkan berupa aktivitas guru, aktivitas kelompok, aktivitas
individu, aktivitas guru, dan hasil tes individu. Pada siklus I diperoleh persentase ratarata
aktivitas kelompok sebagai berikut: memperhatikan penjelasan guru/teman,
diskusi pemecahan masalah, bertanya, melakukan penyelidikan, ketepatan
menggunkan media, mengerjakan LKS, menyajikan hasil diskusi, mengemukakan
pendapat/tanggapan, keterlibatan kerja kelompok berturut-turut mencapai persentase
81,7%; 80%; 80%; 86,7%; 85%; 70%; 73,3%; 73,3%; 81,7%. Pada siklus II masingmasing
meningkat berturut-turut mencapai persentase 93,3%; 93,3%; 93,3%; 100%;
100%; 100%; 86,7%; 93,3%; 93,3%. Persentase rata-rata aktivitas individu pada
siklus I meliputi: memperhatikan penjelasan guru/teman, bertanya, menggunakan
media, diskusi pemecahan masalah, mengajukan pendapat/tanggapan berturut-turut
mencapai persentase 75%; 64,5%; 89,9%; 71,8%; 68,9%. Pada siklus II meningkat
berturut-turut mencapai persentase 94,2%; 84,1%; 98,6%; 87%; 84,1%. Persentase
rata-rata aktivitas guru mencapai 75,4% pada siklus I, sedangkan pada siklus II
mencapai 96,7%. Rata-rata skor hasil tes pada siklus I mencapai 72,65 dengan
persentase ketuntasan 71,75% , sedangkan pada siklus II mencapai 84,3 dengan
persentase ketuntasan 87%.Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa
siklus II telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning/PBL) disertai media corong berhitung dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika sub pokok bahasan
perkalian pada siswa kelas III A SDN Karangduren 01 tahun ajaran 2010/2011. | en_US |