DESAIN BUKU AJAR BAHASA MADURA BERBASIS BUDAYA: Sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa dan Budaya Madura
Abstract
RINGKASAN DESAIN BUKU AJAR BAHASA MADURA BERBASIS BUDAYA: Sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa dan Budaya Madura; oleh: Akhmad Sofyan dan Bambang Wibisono Sampai kini belum ada temuan penelitian yang membuat optimis bahwa bahasa Madura (BM) akan dapat bertahan baik secara kultural maupun melalui ranah akademik. Hasil penelitian dan tulisan yang ada selama ini hanya berisi deskripsi BM secara umum dan tidak mencakup bagian-bagian yang unik dan problematis, sehingga tidak dapat menyelesaikan sistem kaidah BM. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi adalah kajian-kajian yang dilakukan dalam tulisan-tulisan tersebut bukannya memperkuat eksistensi BM, tetapi justru menegasikan eksistensi BM sebagai sebuah bahasa dengan cara “memaksakan” sistem bahasa lain (terutama BI) ke dalam BM. Karena kondisi yang seperti itu, sampai sekarang tidak ada sumber bacaan yang dapat digunakan sebagai materi pembelajaran BM secara praktis dan mudah. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi yang komprehensif tentang jenis kata BM, dengan rumusan: (1) mendeskripsikan bentuk setiap jenis kata dalam BM, (2) mendeskripsikan ciri-ciri setiap jenis kata dalam BM, (3) mendeskripsikan perilaku setiap jenis kata dalam BM, dan (4) mendeskripsikan penggunaan setiap jenis kata dalam BM. Dari tujuh jenis kata, pada tahun I ini dibahas empat jenis kata, yakni: (1) verba, (2) ajektiva, (3) nomina, dan (4) numeralia; sedangkan tiga jenis kata yang lain, yakni: (1) pronomina, (2) adverbia, dan (3) kata tugas, akan dibahas pada tahun II. Pada akhir tahun kedua akan dihasilkan Desain Buku Ajar Bahasa Madura Berbasis Budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan Kontrastif. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan sistem bahasa Madura yang data-datanya akan diperoleh dari hasil observasi partisipatif dan wawancara. Berdasarkan analisis yang dilakukan, masalah jenis kata (verba, ajektiva, nomina, dan numeralia) dalam bahasa Madura dapat disimpulkan sebagai berikut. Verba berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi tiga macam, yakni: (a) verba dasar terikat atau verba pangkal, (b) verba dasar bebas atau verba asal, dan (c) verba turunan. Berdasarkan perilaku sintaksis atau ada-tidaknya nomina yang mendampinginya, verba dibedakan atas verba transitif dan verba intransitif. Verba transitif dapat dibedakan atas: (a) verba ekatransitif, (b) verba dwitransitif, dan (c) verba transitif-taktransitif atau ditransitif. Verba ekatransitif ada yang berupa bentuk tunggal dan ada yang berupa bentuk kompleks. Verba dwitransitif dalam BM: (a) dapat berupa bentuk aktif dan bentuk pasif, tetapi lebih sering dinyatakan dalam bentuk pasif; dan (b) selalu berupa bentuk kompleks.
Berdasarkan hubugannya dengan nomina pendampingnya, verba dibedakan atas: (a) verba aktif, (b) verba pasif, (c) verba anti-aktif atau ergatif, dan (d) verba anti-pasif. Berdasarkan maknanya, verba dapat dibedakan atas: (a)
iv
verba kausatif, (b) verba benefaktif, (c) verba resiprokal, (d) verba refleksif, (e) verba lokatif, dan (f) verba repetitif. Ajektiva berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni: (a) ajektiva dasar dan (b) ajektiva turunan. Penggunaan ajektiva dasar umumnya sama untuk setiap tingkat tutur, serta terdapat ajektiva yang digunakan pada ragam kasar. Ajektiva turunan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yakni: (a) afiksasi, (b) reduplikasi, (c) berproses gabung, dan (d) komposisi. Berdasarkan maknanya, ajektiva dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni: (1) bertaraf, (2) perbandingan, dan (3) ketidaksesuaian. Nomina berdasarkan bentuknya dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yakni: (1) nomina dasar dan (2) nomina turunan. Nomina dasar yang mempunyai variasi tingkat tutur adalah yang berhubungan dengan anggota tubuh. Berdasarkan penggunaannya, nomina dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam, yakni: (1) tempat dan arah, (2) penunjuk waktu, (3) sapaan, (4) makian, (5) kuantita dan ukuran, (6) penggolong atau penyukat, dan (7) tiruan bunyi.Nominalisasi dalam BM dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni: (a) afiksasi, (2) reduplikasi, dan (3) penambahan partikel sè. Numeralia dalam BM tidak mengandung variasi tingkat tutur dan variasi dialek; dapat dikelompokkan menjadi: (1) numeralia pokok, (2) numeralia tingkat, dan (3) numeralia pecahan. Bilangan pokok dalam BM berupa bentuk tunggal dan tidak terjadi perubahan bunyi, baik yang berupa pelesapan maupun penggantian bunyi. Khusus untuk urutan dalam keluarga atau saudara, numeralia tingkat „kesatu‟ digunakan sarèyang „pertama, sulung‟, sedangkan untuk tingkat terakhir digunakan bungso „terakhir, bungsu‟. Kata Kunci: penggunaan bahasa, sopan, tingkat tutur, bentuk, makna.
Collections
- LRR-Hibah Bersaing [348]