DETEKSI KEGANASAN ( Malignancy ) PADA EPITEL MUKOSA RONGGA MULUT PENYIRIH DENGAN MENGGUNAKAN TOLUIDINE BLUE 1%
Abstract
Kanker rongga mulut disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktorial).
Kebiasaan buruk yang merupakan salah satu faktor resiko kanker mulut adalah
penggunaan tembakau seperti merokok dan menyirih. Kebiasaan menyirih dilaporkan
merupakan penyebab kanker rongga mulut yang paling sering dijumpai di India.
Menyirih merupakan istilah untuk menyebut kebiasaan mengunyah paduan daun
sirih, pinang, kapur yang juga dicampur dengan gambir dan proses yang terakhir
adalah dengan menggosok-gosokkan tembakau dan menempatkannya disela-sela gigi
dan gusi. Hasil dari proses pengunyahan campuran sirih ini adalah terbentuknya
reactive oxygen spesies (ROS) yang merupakan zat karsinogenik yang dapat memicu
terjadinya kanker.
Keabnormalan dan tingkat kematian yang diakibatkan oleh kanker rongga
mulut masih tinggi dan sudah lama menjadi masalah di dunia. Hal ini dikarenakan
kurangnya deteksi dini dan identifikasi pada kelompok resiko tinggi, serta kegagalan
untuk mengontrol lesi primer sehingga terjadi metastase. Oleh karena itu, prosedur
deteksi dini kanker rongga mulut sangat penting untuk dilakukan. Salah satu cara
deteksi dini adanya lesi keganasan di rongga mulut adalah dengan penggunaan
toluidine blue (Tolunium chloride) yang dapat memperlihatkan afinitas pada bahan
nuklear dengan kandungan DNA atau RNA yang tinggi. Pewarnaan toluidine blue
1% bermanfaat untuk membantu diagnosis lesi praganas secara dini serta
menentukan tempat biopsi yang tepat.
Penelitian eksperimental klinis ini dilakukan di Desa Mayang Kecamatan
Mayang Kabupaten Jember pada bulan Oktober 2010. Subyek dalam penelitian ini
adalah masyarakat Desa Mayang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
kontrol dan kelompok penyirih, sedangkan metode pengambilan subyek penelitian
yang digunakan adalah purposive sampling. Dalam prosedur kerja penelitian ini,
deteksi keganasan diawali dengan cara subyek penelitian terlebih dahulu
diinstruksikan untuk berkumur air, kemudian berkumur asam asetat 1%, tahapan
selanjutnya adalah dilakukan pengolesan toluidine blue 1% pada mukosa rongga
mulutnya, kemudian diinstruksikan kembali untuk berkumur dengan asam asetat 1%
lalu berkumur dengan air. Adanya kecurigaan keganasan ditandai dengan adanya
penyerapan warna yang tampak biru pada epitel mukosa rongga mulutnya setelah
berkumur dengan asam asetat 1%. Hasil penyerapan warna diamati dan diberi skor
sesuai dengan jumlah epitel mukosa yang berwarna biru (yang menyerap toluidine
blue 1%).
Hasil penelitian menunjukkan adanya penyerapan toluidine blue 1% pada
beberapa bagian di mukosa rongga mulut penyirih. Penyerapan yang paling banyak
adalah pada bibir, mukosa bukal baik kanan maupun kiri, serta commisura labial
baik kanan maupun kiri. Prediksi transformasi keganasan dapat dibuktikan melalui
tes secara mikroskopis yaitu pemeriksaan histopatologi. Diagnosis tidak dapat
ditegakkan dengan gambaran klinis dari lesinya saja, tetapi sebaiknya dengan biopsy
dan pemeriksaan histopatologi.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]