POLA PENGOBATAN DISPEPSIA PADA PASIEN RAWAT INAP di RSD Dr. Soebandi Jember Tahun 2009
Abstract
Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau
rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sering bersendawa (Wibawa, 2006). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui profil pasien (usia, jenis kelamin dan persentase tingkat
kejadian penyakit), dan profil penggunaan obat yang diberikan pada pasien rawat
inap dengan kasus dispepsia di RSD dr. Soebandi Jember.
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember
pada bulan Mei sampai Juni 2010. Penelitian dilakukan secara non-eksperimental
dengan rancangan deskriptif, dan retrospektif dengan menggunakan data rekam
medik selama 1 Januari 2009 - 31 Desember 2009. Sampel adalah data rekam
medik pasien rawat inap dengan diagnosa dispepsia. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode total sampling yang berjumlah 46. Data-data kualitatif
yang diperoleh disajikan dalam bentuk uraian atau narasi, sedangkan data
kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: Berdasarkan distribusi
usia pasien diketahui usia 40-49 tahun sebanyak 9 pasien (19.57%), usia 50-59
tahun sebanyak 8 pasien (17.36%), usia 20-29 tqhun sebanyak 6 pasien (13.04%),
usia 30-39 tahun sebanyak 6 pasien (13.04%), usia 70-79 tahun sebanyak 6
pasien (13.04%), usia 10-19 tahun sebanyak 5 pasien (10.87%), usia 60-69 tahun
sebanyak 3 pasien (6.52%) dan usia 80-89 sebanyak 3 pasien (6.52%).
Jumlah golongan obat dispepsia yang paling banyak digunakan adalah
golongan Antagonis Reseptor H
60,86%, Proton Pump Inhibitor 2,17%,
kombinasi Antagonis Reseptor H
vii
2
2
dan Proton Pump Inhibitor 23,91% dan yang
tidak menggunakan obat dispepsia sebesar 15,22%. Antagonis Reseptor H
(ranitidin dan cimetidin) cepat diabsorbsi secara oral. Obat-obat tersebut mengeblok kerja histamin pada sel parietal dan mengurangi asam. Obat tersebut
mengurangi nyeri akibat ulkus peptikum dan meningkatkan kecepatan
penyembuhan ulkus. Simetidin juga terikat pada sitokrom P-450 dan bisa
menurunkan metabolisme obat di hati (Neal, 2003).
Inhibitor Pompa Proton tidak aktif pada pH netral, tetapi dalam keadaan
asam obat-obat tersebut disusun kembali menjadi dua macam molekul reaktif,
yang bereaksi dengan gugus sulfhidril pada H
viii
+
/K
+
-ATPase (pompa proton) yang
berperan untuk mentransfor ion H
+
keluar dari sel parietal. Oleh karena enzim
dihambat secara ireversibel, maka sekresi asam hanya terjadi setelah sintesis
enzim baru. Obat-obat tersebut berguna terutama pada pasien dengan hipersekresi
asam lambung berat yang disebabkan oleh sindrom Zollinger-Ellison, suatu
keadaan yang jarang terjadi akibat tumor sel pankreas yang mensekresi gastrin
dan dengan pasien esofagitis refluks di mana ulkus yang berat biasanya resisten
terhadap obat lain.
Penggunaan terapi obat dispepsia digunakan sebagai kombinasi untuk
mengurangi kumpulan keluhan/gejala-gejala klinis (sindrom) yang timbul pada
dispepsia yang terdiri dari, rasa tidak enak/sakit perut di bagian atas yang disertai
dengan keluhan lain, perasaan panas di dada, daerah jantung (heart burn),
regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia,
mual, muntah, dan beberapa keluhan lain (Citra, 2003). Obat yang digunakan
yaitu, antasida sebanyak 80%, antiemetik sebanyak 76%, antibiotik 76%,
analgesik dan antipiretik 67%, antispasmodik sebanyak 50% dan ansiolitik
sebanyak 15%.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]