dc.description.abstract | Candidiasis umumnya sering terjadi pada daerah mukokutan seperti mulut
(thrush), daerah perineal ( Candida Dermatitis lapisan ) dan daerah intertriginous
(Candida intertrigo) (Norton, 2001: 1). Agen penyebab candidiasis yang paling sering
adalah C. albicans, C. tropicalis, C. parapsilosis, C. glabrata, C. guilliermondii dan
C. dubliniensis (Brooks dkk, 2007: 658). Spesies ini akan menjadi agen yang
infeksius ketika terjadi perubahan – perubahan pada lingkungan tubuh yang
menyebabkan pertumbuhannya tidak terkontrol (The Health Central Network, 2009:
1).
Berkumur merupakan salah satu cara yang dapat menurunkan jumlah populasi
mikloflora dan kuman pada rongga mulut (Mangundjaja dkk, 2000:1). Bahan
berkumur bisa berasal dari bahan alam atau bahan obat sintetik (Wistreicth dan
Lecthman dalam Sukanto dan Yuliati, 2002: 99). Pemanfaatan tanaman obat (bahan
alam) dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern (sintetis) (Sari, 2006: 2).
Obat sintetis dapat menimbulkan efek merugikan dalam penggunaan jangka waktu
yang lama (Pratiwi, 2005: 65). Salah satu tanaman obat yang belakangan cukup
popular adalah tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa Linn). Masyarakat telah
memanfaatkan tanaman rosela untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah
kesehatan (Mardiah dkk, 2009: 3). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kumur ekstrak kelopak bunga rosela kering (Hibiscus sabdariffa Linn)
terhadap nilai absorbansi tingkat kekeruhan media Candida sp. dan untuk mengetahui
kadar minimal dari ekstrak kelopak bunga rosela kering (Hibiscus sabdariffa Lin)
yang memiliki efek antijamur.
Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis yang dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dengan rancangan
penelitian the pre and post test only control group design. Subyek penelitian
sebanyak 30 orang yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok yang berkumur
dengan Chlorhexidin (kontrol positif), kelompok yang berkumur ekstrak kelopak
bunga rosela kering 20% (Rosela 20%), kelompok yang berkumur ekstrak kelopak
bunga rosela kering 40% (Rosela 40%), kelompok yang berkumur ekstrak kelopak
bunga rosela kering 60% (Rosela 60%), kelompok yang berkumur ekstrak kelopak
bunga rosela kering 80% (Rosela 80%), dan kelompok yang berkumur aquadest steril
(kontrol negatif). Data di analisis menggunakan uji Oneway Anova dan uji Tukey
HSD.
Secara deskriptif pengaruh kumur ekstrak kelopak bunga rosela kering terhadap
Candida sp melalui tingkat kekeruhan media yang memiliki rerata terbesar terdapat
pada kelompok kontrol positif dan rerata terkecil pada kelompok kontrol negatif.
Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan bermakna
pengaruh berkumur ekstrak kelopak bunga rosela kering terhadap Candida sp.
Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana saja yang berbeda bermakna
dilakukan uji Tukey HSD. Hasil uji Tukey HSD menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna pengaruh kumur ekstrak kelopak bunga rosela terhadap
nilai absorbansi tingkat kekeruhan media Candida sp. antara kelompok kumur
ekstrak kelopak bunga rosela kering 20% dengan kelompok kumur ekstrak kelopak
bunga rosela kering 40%, 60%, 80% serta kelompok kumur chlorhexidin. Selain itu
terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kumur aquadest steril jika
dibandingkan dengan kelompok kumur ekstrak kelopak bunga rosela kering 20%,
40%, 60% , 80% dan kelompok kumur chlorhexidin. Terdapat perbedaan yang tidak
bermakna pengaruh kumur ekstrak kelopak bunga rosela terhadap nilai absorbansi
tingkat kekeruhan Candida sp. antara kelompok chlorhexidin dengan kelompok
kumur ekstrak kelopak bunga rosela kering 40%, 60%, dan 80%. Hal ini berarti
bahwa kelompok kumur ekstrak kelopak bunga rosela kering 40%, 60%, 80%
memiliki pengaruh yang sama dengan kelompok kumur chlorhexidin.
Dari hasil enelitian ini dapat disimpulkan bahwa kumur ekstrak kelopak
bunga rosela kering dapat menurunkan nilai absorbansi tingkat kekeruhan media
Candida sp. | en_US |