PENGEMBANGAN SENSOR KIMIA BERBASIS REAGEN KERING PEREAKSI CUPRAC UNTUK MENENTUKAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN HERBAL
Abstract
Makanan cepat saji (
fast food), makanan kemasan ataupun kalengan diduga
berpotensi meninggalkan racun dalam tubuh karena meninggalkan lemak, pengawet
dan sumber radikal bebas. Radikal bebas diketahui dapat menyebabkan berbagai
penyakit kronik dan degeneratif. Oleh karena itu, diperlukan suatu antioksidan untuk
menangkap radikal bebas tersebut. Berdasarkan hal tersebut, perlu diupayakan suatu
teknologi deteksi antioksidan yang siap dipakai setiap saat, cepat, mudah
penggunaannya serta harga terjangkau. Sehingga pada penelitian ini bertujuan untuk
menentukan cara fabrikasi sensor kimia berbasis reagen kering pereaksi CUPRAC,
menentukan kondisi optimal operasionalnya
, karakteristik analitisnya dan
membandingkan metode sensor antioksidan pada blister dengan metode
spektrofotometri.
Dalam penelitian ini, reagen kering pereaksi CUPRAC dalam blister
digunakan sebagai sensor untuk mendeteksi aktivitas antioksidan dalam sediaan
herbal. Fabrikasi reagen kering pereaksi CUPRAC dilakukan dengan menguapkan
larutan pereaksi CUPRAC yang terdiri dari CuCl
vii
2
5%, CH
3
COONH
1,927 gram dan
0,039 gram Neocuproin dalam etanol p.a. sehingga dihasilkan reagen kering yang
4
menempel pada blister. Reagen kering yang dihasilkan diperoleh dengan memipet
300 µl larutan pereaksi CUPRAC yang ditambahkan ke dalam setiap lubang blister
dan penguapan dapat dipercepat dengan bantuan pemanasan dengan menggunakan
hair dryer selama ± 10 menit.
Optimasi larutan pereaksi CUPRAC bertujuan untuk mengetahui jumlah
volume dan konsentrasi optimal reagen pereaksi CUPRAC yang mampu membentuk
reagen kering. Kondisi optimum yang digunakan dalam mendeteksi aktivitas antioksidan adalah volume reagen pereaksi CUPRAC 300 μL, konsentrasi CuCl
adalah 5% dan rekonsitusi dengan alkohol 70% memberikan waktu pelarutan ± 15
menit.
Karakteristik sensor antioksidan untuk menganalisis aktivitas antioksidan
pada sediaan herbal dalam penelitian ini meliputi: waktu respon 4 menit, daerah kerja
berada pada rentang konsentrasi 5-25 ppm dengan harga koefisien korelasi 0,9980.
Batas deteksi adalah 1,512 mg/L GAE dan batas kuantitasi adalah 5,038 mg/L GAE.
Presisi sensor antioksidan terhadap sampel infusa rimpang kunyit, daun jambu biji
dan kayu secang memenuhi persyaratan parameter presisi dimana RSD-nya < 2 %.
Akurasi deteksi aktivitas antioksidan memenuhi persyaratan akurasi yaitu sebesar 80-
110 %. Deteksi aktivitas antioksidan tidak terganggu dengan adanya gula hingga
perbandingan konsentrasi (
≥1:10) dan pewarna makanan sampai dengan
perbandingan konsentrasi (
≥ 1 : 0,01) antara sampel dengan pewarana makanan.
Reagen kering pereaksi CUPRAC dapat mengukur aktivitas antioksidan sediaan
herbal infusa daun jambu biji (
Psidium guajava L.) dan kayu secang (Caesalpinia
sappan
L.), sedangkan untuk infusa rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.)
pengukuran dengan metode reagen pereaksi CUPRAC ini tergangganggu karena
adanya polisakarida yang terpecah dan terlarut dalam pelarut infusa. Pengukuran
aktivitas antioksidan berdasarkan pada perubahan warna yang terjadi yang setara
dengan mg/L ekuivalen asam galat (mg/L GAE).
Metode sensor antioksidan tidak memberikan perbedaan yang bermakna
pada pengukuran infusa daun jambu biji (
Psidium guajava L.) dan kayu secang
(
Caesalpinia sappan L.) dibandingkan dengan metode spektrofotometri UV-Vis,
sedangkan untuk infusa rimpang kunyit (
Curcuma domestica Val.) terjadi perbedaan
yang signifikan antara kedua metode. Secara umum metode ini sangat cocok untuk
sampel berupa ekstrak herbal.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1490]