Show simple item record

dc.date.accessioned2014-01-28T22:26:16Z
dc.date.available2014-01-28T22:26:16Z
dc.date.issued2014-01-28
dc.identifier.nim072210101080
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/26627
dc.description.abstractParasetamol tergolong obat bebas yang digunakan secara meluas di masyarakat sebagai penghilang nyeri (analgesik) dan penurun panas (antipiretik). Penggunaan parasetamol dalam dosis berlebih dapat menyebabkan kerusakan hati yang akhirnya dapat menyebabkan kematian. Mekanisme toksisitas parasetamol diperantarai oleh suatu metabolit reaktif yaitu NAPQI (N-asetil-p-benzoquinone imine). Selain parasetamol ada zat-zat kimia yang bersifat oksidan dan dapat menyebabkan kerusakan pada hepar, yakni karbon tetra khlorida (CCl4). Kerusakan sel hepar pada kasus ini terjadi karena serangan radikal bebas (oksidan) pada asam lemak tak jenuh pada fosfolipid membran. Reaksi oksidasi ini bersifat otokatalitik, sehingga dalam waktu yang relatif singkat terjadi kerusakan sel hepar yang berat. Sambiloto merupakan tanaman obat yang memiliki efek antioksidan dan mampu meningkatkan pertahanan tubuh. Pada penelitian ini kandungan ekstrak daun sambiloto yang diduga memiliki efek antioksidan adalah andrographolide. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek proteksi terhadap radikal bebas dengan parameter penurunan kadar bilirubin tikus yang diinduksi parasetamol dosis toksik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Post Test Only Control Group Design. Sebanyak 42 ekor tikus wistar jantan dibagi menjadi 6 kelompok diantaranya 3 kelompok kontrol (kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan kelompok kontrol) dan 3 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol diberi CMC Na 1%, kelompok kontrol negatif diberikan CMC Na 1% selama 10 hari dan parasetamol dosis toksik (tunggal=1350mg/kgBB) pada hari ke-8, dan kelompok kontrol positif diberi obat pembanding Curliv selama 10 hari dan parasetamol dosis toksik (tunggal =1350mg/kgBB) pada hari ke-8. Pada kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol daun sambiloto pada berbagai dosis yaitu dosis 250mg/kgBB; 500 mg/kgBB; dan 1000 mg/kgBB selama 10 hari dan diberikan parasetamol dosis toksik 1350 mg/kgBB pada hari ke-8. Pada hari ke-10 seluruh tikus dianestesi dengan kloroform, dan diambil darahnya untuk diukur kadar bilirubinnya. Selanjutnya untuk membandingkan antara kelompok kontrol dan perlakuan digunakan uji Kruskall Wallis dilanjutkan dengan analisis menggunakan Mann-Whitney test untuk mengetahui adanya perbedaan secara signifikan diantara kelompok uji. Hasil uji Kruskall Wallis yang diteruskan dengan Mann-Whitney test menunjukan bahwa antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan pemberian dosis ekstrak etanol daun sambiloto 250, 500 dan 1000 mg/KgBB menunjukan nilai kadar bilirubin yang berbeda dimana kelompok kontrol yang diberi ekstrak etanol daun sambiloto mengalami penurunan kadar bilirubin baik direct maupun indirect dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi parasetamol dosis toksik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dari tiga dosis pemberian ekstrak etanol daun sambiloto yaitu dosis 250, 500, dan 1000 mg/KgBB mampu menurunkan kadar bilirubin dan memiliki nilai yang tidak berbeda signifikan dengan kelompok obat pembandingen_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries072210101080;
dc.subjectANDROGRAPHIS PANICULATAen_US
dc.titlePengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis paniculata) Sebagai Hepatoprotektor Terhadap Bilirubin Tikus yang Diinduksi Parasetamolen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record