dc.description.abstract | Pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika, sehingga hampir di semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
dijumpai penegasan diperlukannya kemampuan pemecahan masalah. Pentingnya
kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika juga tertera pada
pernyataan As’ari (1992:22) bahwa pemecahan masalah merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam pengajaran matematika. Sedangkan gambaran yang tampak dalam
bidang pendidikan di Indonesia selama ini, pembelajaran matematika masih
menekankan pada hafalan-hafalan dan latihan-latihan soal yang bersifat algoritma dan
rutin saja. Hal ini dikarenakan aktivitas pemecahan masalah merupakan aktivitas
mental tingkat tinggi sehingga sulit untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa. Siswono (dalam Warli dan Mansyur, 2008:308) menyebutkan salah
satu penyebab rendahnya kemampuan memecahkan masalah adalah dalam
merencanakan penyelesaian masalah tidak diajarkan strategi-strategi yang bervariasi
atau yang mendorong kemampuan berpikir kreatif untuk menemukan jawaban
masalah. Kemampuan berpikir kreatif mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan
kemampuan pemecahan masalah. Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir
kreatif tidak hanya mampu memecahkan masalah-masalah non rutin, tetapi juga
mampu melihat berbagai alternatif dari pemecahan masalah itu. Salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah
model pembelajaran kreatif produktif sehingga memungkinkan meningkatnya
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, sedangkan dewasa ini, model
pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran
konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah siswa manakah yang lebih baik antara siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran kreatif produktif dengan siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran konvensional. | en_US |