SISTEM PENAMAAN KELURAHAN DI KOTA PROBOLINGGO (KAJIAN TRADISI LISAN)
Abstract
Penelitian ini didasari dengan adanya keunikan dalam penamaan kelurahan di
Kota Probolinggo. Cerita rakyat yang hidup di lingkungan masyarakat yang menjadi
dasar penyusunan penamaan tempat khususnya di Kota Probolinggo. Sistem
penamaan kelurahan di Kota Probolinggo mengandung nilai kebudayaan yang dapat
memberikan pemahaman tentang hidup masyarakat lampau sebagai cerminan
masyarakat sekarang. Dalam penamaan kelurahan di Kota Probolinggo terdapat
fungsi yang berdasarkan tradisi lisan. Dengan demikian, penelitian ini sangat
berpotensi untuk menerangkan sistem penamaan sehingga dapat mengajarkan kepada
masyarakat untuk melestarikan bahasa, sastra, dan budaya daerahnya masing-masing.
Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:
(1) asal-usul nama kelurahan di Kota Probolinggo, (2) nilai budaya yang terkandung
dalam nama kelurahan di Kota Probolinggo, (3) fungsi nama kelurahan di Kota
Probolinggo berdasarkan tradisi lisan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
pengamatan, teknik wawancara, teknik pencatatan, dan teknik dokumentasi. Teknik
analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian ini ada tiga tahap yaitu
tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian.
Hasil pembahasan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa asal-usul
penamaan kelurahan di Kota Probolinggo berdasarkan 1) nama tumbuhan yaitu pada
ix
Kelurahan Jati, Kelurahan Pakistaji, Kelurahan Triwung Lor, Kelurahan Triwung
Kidul, Kelurahan Pilang, dan Kelurahan Ketapang. Kelurahan tersebut memberikan
nama daerahnya berdasarkan tumbuhan yang hidup sebelum daerah tersebut menjadi
sebuah permukiman; 2) nama jabatan/pangkat yaitu pada Kelurahan Kademangan,
kelurahan tersebut memberikan nama daerahnya berdasarkan jabatan/pangkat tokoh
masyarakat yang dipanuti; 3) nama tokoh yaitu pada Kelurahan Kareng Lor,
kelurahan tersebut memberikan nama daerahnya berdasarkan tokoh masyarakat yang
dipanuti dan memiliki jasa kepada daerahnya, 4) nama setting sejarah yaitu pada
Kelurahan Sukabumi, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Sukoharjo, Kelurahan
Pohsangit Kidul, Kelurahan Jrebeng Kidul, Kelurahan Jrebeng Kulon, Kelurahan
Jrebeng Wetan dan Kelurahan Jrebeng Lor. Kelurahan tersebut memberikan nama
daerahnya berdasarkan sejarah lokal yang memberikan dampak kepada
perkembangan daerah tersebut; 5) nama mata pencaharian masyarakat yaitu pada
Kelurahan Mayangan, kelurahan tersebut memberikan nama daerahnya berdasarkan
mata pencaharian yang dominan di masyarakatnya, 6)sosio-kultural yaitu pada
Kelurahan Kanigaran, Kelurahan Tisnonegaran, dan Kelurahan Kedopok. Kelurahan
tersebut memberikan nama daerahnya berdasarkan hasil interaksi masyarakat
sehingga nama daerah tersebut berasal dari kebiasaan masyarakat; dan 7)rupa bumi
yaitu pada Kelurahan Wiroborang, Kelurahan Kebonsari Kulon, Kelurahan Kebonsari
Wetan, Kelurahan Curah Grinting, Kelurahan Wonoasih, Kelurahan Sumber Taman,
Kelurahan Kedunggaleng, Kelurahan Kedungasem, dan Kelurahan Sumber Wetan.
Kelurahan tersebut memberikan nama berdasarkan bentuk kontur tanah atau keadaan
rupabumi di daerahnya. Nilai kebudayaan yang terkandung dalam nama-nama
kelurahan di Kota Probolinggo yaitu 1) nilai gotong-royong yaitu pada Kelurahan
Wiroborang, Kelurahan Sukabumi, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Sukoharjo,
Kelurahan Wonoasih, Kelurahan Kedunggaleng, Kelurahan Jrebeng Kidul, Kelurahan
Jrebeng Kulon, Kelurahan Jrebeng Wetan, Kelurahan Jrebeng Lor, dan Kelurahan
Kedopok. Dalam sistem penamaan kelurahan tersebut terkandung nilai gotongroyong
masyarakat dalam membangun daerahnya yang lebih baik dan maju; 2) nilai
x
kasih sayang yaitu pada Kelurahan Kanigaran, Kelurahan Tisnonegaran, Kelurahan
Kedungasem, dan Kelurahan Kademangan. Dalam sistem penamaan kelurahan
tersebut terkandung nilai kasih sayang masyarakat kepada daerahnya; 3) nilai cinta
lingkungan yaitu pada Kelurahan Mayangan dan Kelurahan Sumber Wetan. Dalam
sistem penamaan kelurahan tersebut terkandung nilai cinta lingkungan yang
digambarkan pada sikap masyarakat merawat , melestarikan, dan memanfaatkan
lingkungannya; 4) nilai keindahan alam yaitu pada Kelurahan Sumber Taman, dalam
sistem penamaan kelurahan tersebut terkandung nilai keindahan alam yang
digambarkan pada masyarakat menghargai keindahan daerahnya; 5) nilai
pemanfaatan lingkungan yaitu pada Kelurahan Jati, Kelurahan Kebonsari Wetan,
Kelurahan Kebonsari Kulon, Kelurahan Pakistaji, Kelurahan Triwung Lor, Kelurahan
Triwung Kidul, Kelurahan Pilang, dan Kelurahan Ketapang. Dalam sistem penamaan
kelurahan tersebut terkandung nilai pemanfaatan lingkungan yang digambarkan pada
sikap masyarakat mengelola lingkungan daerahnya menjadi sebuah permukiman agar
memiliki manfaat yang maksimal; 6) nilai kepercayaan diri yaitu pada Kelurahan
Pohsangit Kidul yang digambarkan pada masyarakatnya yang mempercayai apa yang
dipahaminya, dan 7) nilai keteguhan diri yaitu pada Kelurahan Curah Grinting dan
Kelurahan Kareng Lor.