dc.description.abstract | Pemanfaatan Cendawan Bequveria bassiana Sebagai Pengendali Hama Cabai
Thrips parvispinus Dalam Upaya Mengurangi Penggunaan Insektisida Sintetis, oleh
suharto, wagiyana dan S. Haryanto, Dosen Program studi Ilmu Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember. Tahun 2009, 39 halaman.
Hama Thrips parvispinus merupakan salah satu hama penting pada tanaman cabai.
Hama T. Parvispint# menyerang menyerang daun, bunga dan buah cabai, kehilangan
hasil akibat hama dapat mencapai 30 -50 persen dari total produksi. Pengendalian
yang dilakukan saat ini masih mengandalkan insektisida sintetik. Penggunaan
insektisida sintetik mempunyai dampak negatif seperti hama menjadi resisten,
resurjensi ham4 timbulnya hama sekundeq residu insektisida. Dampak negatif yang
sering terjadi akibat penggunaan insektisida sintetik pada tanaman cabai ialah
resistensi hama. Oleh karena itu perlu adanya altematif pengendalian yang lain.
Salah safunya menggunakan cendawan B. Bassiana.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan isolat cendawan entomopatogen B. bassiana
yang terseleksi efektif untuk mengendalikan harna T. parvispinus pada tanaman
cabai, untuk mengetahui fase hidup T. parvispinus yang paling peka terhadap B.
bossiarn dan mengetahui LCso dan LT56 dari cendawan B. Bassiona hasil seleksi
pada penelitian sebelumnya.
Screening B. bassisna terhadap T. pamisvinus dilakukan di laboratorium
pengendalian hayati. Enam isolat B. bassians diperoleh dari di laboratorium Hama
Fakultas Pertanian Universitas Jember (empat isola$ dan Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Jember (dua isolat). Suspensi spora dari masing*masing isolat B. bassiana
dengan kepekatan l0'spora/ml digunakan dalam penelitian screeing B. bassiana.
Thrips dewasa yang baru keluar dari pupa disemprot suspensi spora
dengan hand sprayer krsamaan dengan daunnya. Pathogenisitas B. bassiana
didasarkan atas mortalitas dan nilai LTso Untuk uji LCso digunakan suspensi spora
103,104, IOs, 106, 107. Sebanyak l0 Larva dan r"*n[ga dewasa
-
disemprot
suspensi spora dengan menggunakan hand sprayer yang mempunyai butiran semprot halus. Larva dan serangga dewasa yang telah diperlakukan selanjutnya
dipindahkan ke potongan daun cabai dan dimasukkan ke dalam gelas plastk. Daun
cabai diganti setiap hari. Sebagai kontrol larva dan serangga dewasa dicelupkan
ke dalam larutan triton. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Pengamatan dilakukan
setiap hari terhadap mortalitas larva dan serangga dewasa untuk menentukan LCso
dan LT5e.
Hasil penetitian menuqiukkan bahwa Enam isolat B. Bassiana yang diuji terhadap
T.parvispinus, mortalitas pada imago tidak menunjukkan beda nyata antar isolat yang
berkisar antara 6A-n33 persen- Berdasarkan mortalitas dan LTso, dua isolat
dinyatakan terbaik yaitu isolat BbUj4 dan BbAss725. Patogenitas B. bassiana isolat
Bbuj4 terhadap imago T. parvispinus konsentrasi suspensi spora lOa sampai 107
spora/ml berkisar antara 40,00 - 76,67 persen, sedangkan pada isolat BbAss725
berkisar antara 30-73,33 persen. Pada konsentrasi tertinggi (107 spora/mt)
lv
mortalitas larva T. ryryiyr"ry mencapai 96,6T pada isolat isolat BbAss725. Bbuj4 dan 93,33 pada Padaisolat BbUj+ UiiaiLCso paialarv"-lOrf"f, 2,3 xl1aspora/ml sedangkan pada imago 3,9 x rOa spora/mr. pada isorat nra..zs Nilai LCso pada Iarva adalah 3,6 x lOa tersebut menuqiukkan :bryarhaw/ma l r"d"gk", pada imago 5,7 x r0* spora/mr. Dari hasil isotat duqa paring fi*ri*, t**"u"e T.parvispinus. LTso atau waktu yang dibutuhkan untuk *ip!*t! 50 p.o", oreh seranggo pada konsentrasi BbAss725. Efrirggi yaitu 2,16 ha* untuk isorat Bbuj4 dan 3,3 hari untuk isorat Gejara yang nampak pada rarva dan imago i. pil)irp*usynrrgterinfeksi B' bassiano dicirikan dengan aktivitas menurun, temas'dan akhirnya mati. crejala berikutrya munculaya miselia pada permukaan tubuh disertai terbentuknya spora yang menutupi permukaan tubuh | en_US |