dc.description.abstract | Pemerintah
telah
mencanangkan
swasembada
gula
di
tahun
2007,
namun
gagal.
Swasembada
gula
dicanangkan
kembali
ditahun
2008,
diundur
tahun
2009
dan
akhirnya
diperpanjang
sampai
tahun
2014
(A
rifin,
2008).
Swasembada
gul
a
2014 dapat
dic
apai j
ika terdapat penambahan
luas areal tebu se
bany
ak 134.800 ha.
Penambahan
areal
tebu
harus
diikuti
dengan
penyediaan
benihnya.
Teknik
penyediaan
benih
tebu
secara
konvensional
tidak
mampu
menyediakan
benih
untuk
penambahan
areal
tersebut.
Teknik
perbanyakan
melalui
kultur
jaringan
telah
dikembangkan
untuk
menyelesaikan
permasalahan
pemenuhan
benih,
namun
masih
membutuhkan
penyempurnaan.
Planlet
tebu
apabila
langsung
ditanam
di
lahan
tebu
untuk
menjadi
tebu
giling
jumlahnya
masih
terbatas
dan
harganya
mahal.
Planlet
akan
diperbanyak
lagi
di
luar
laboratorium,
teknik
ini
dikenal
dengan
bud
set
bagal
mikro.
Oleh
karena
itu
untuk
mempercepat
perbanyakan
benih,
perlu
dilakukan
studi
perbany
akan
cepat
planlet
tebu
diluar
laboratorium.
Tujuan
penelitian
untuk
mengetahui
pengaruh
varietas
dan
jarak
tanam
terhadap
karakteristik
dan
efektivitas
multiplikasi
benih
tebu
hasil
kultur
jaringan dalam penyediaan mata tunas sehat dan berkualitas.
Percobaan
dilakukan
dalam
dua
tahap.
Tahap
pertama
yaitu
pengecambahan
mata
tunas
tebu
di
polybag
selama
45
hari.
Tahap
kedua
yaitu
penanaman
benih
tebu
di
lahan
penelitian.
Percobaan
dilahan
dilakukan
selama
4
bulan yaitu pada bulan Desember 2012 sampai April 2013.
Percobaan
disusun
menurut
percobaan
berfaktor
4x4
dengan
tiga
ulangan
menggunakan rancangan Split Plot Design (Ranc
angan Petak Terbagi). Dua faktor
perlakuan
yang
diuji
yaitu
jarak
tanam
(P)
dan
varietas
(V)
tebu.
Jarak
tanam
(P)
terdiri
dari
empat
perlakuan
yaitu
jarak
tanam
90x60
cm
(16.070
rumpun/ha),
jarak
tanam
100x50
cm
(17.352
rumpun/ha),
jarak
tanam
110x40
cm
(19.725 rumpun/ha)
dan
120x30
cm
(24.100
rumpun/ha).
Varietas
tebu
(V)
terdiri
dari
empat
jenis
yaitu
PS
862
konvensional
1
),
PS
881
kultur
ja
ringan
(V
),
PS
862
kultur ja
ringan (V
3
),
dan
BL kultur
jaringan
(V
).
Perbedaan
antara
per
lakuan
diuji dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α=5%.
4
Hasil
percobaan
menunjukkan
bahwa
serangan
OPT
benih
tebu
hasil
kultur
jaringan
secara
umum
lebih
rendah
dari
benih
konvensional.
Varietas
PS
862
konvensional
terinfeksi
penyakit
RSD,
sehingga
tidak
dapat
digunakan
sebagai
sumber
benih.
Selain
itu,
PS
862
konvensional
memiliki
nilai
serangan
hama
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
varietas
hasil
kultur
jaringan,
indeks
penggerek pucuk 3,38 persen dan indeks penggerek batang 1,28 persen.
Multiplikasi
benih
per
hektar
meningkat
seiring
dengan
semakin
rapat
jarak
tanam,
namun
resiko
tersera
ng
OPT
tinggi.
Benih
hasil
kultur
jaringan
memiliki
karakteristik
benih
yang
lebih
optimal
dari
pad
a
benih
konvensional.
Varietas
BL
pada
jarak
tanam
100x50cm
memiliki
multiplikasi
tertinggi
yaitu
58
kali,
diikuti
deng
an
varietas
PS
881
dengan
tingkat
multiplikasi
(49
kali)
pada
jarak
tanam
dan120x30
cm
dan
varietas
PS
862
memiliki
multiplikasi
(54
kali)
pada jarak tanam 120x30 cm. | en_US |