Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks
Abstract
Telah dilakukan eksperimen pembentukan bahan keramik superkonduktor
Bi
2
Sr
2
Ca
2
Cu
3
O
(Bi-2223) dengan menggunakan metode Self-Fluks, kadar
fluks Bi = 0,2. Sintesis bahan diawali dengan pencampuran basah menggunakan
HNO
3
10+δ
65% + aquades. Proses kalsinasi dilakukan pada suhu 820
C selama 40
jam, sedangkan pada proses pelelehan digunakan waktu leleh 30 menit dengan
variasi suhu leleh 870
o
C, 875
o
C, 880
o
C dan laju pendinginan 1
/jam dari suhu
leleh ke suhu 830
o
C. Karakterisasi bahan yang dilakukan meliputi pengukuran
rapat arus kritis (J
), uji struktur mikro dan pengukuran rapat massa bahan.
Pengukuran Jc dilakukan dengan menggunakan metode four point probe. Dari
hasil grafik plot J
c
dengan suhu lelehnya, menunjukkan bahwa bahan
superkonduktor Bi-2223 dengan perlakuan suhu leleh 875
c
o
o
o
C memiliki J
yang
lebih tinggi jika dibandingkan pada bahan dengan perlakuan suhu leleh 870
C dan
880
o
C. Penurunan J
c
pada bahan dengan perlakuan suhu leleh 880
C itu
diperkirakan karena dengan suhu leleh yang terlalu tinggi menyebabkan ikatan
antar butiran tidak mampu menahan gerak pertumbuhan butiran sehingga terjadi
pergeseran butiran yang mengakibatkan retak pada daerah batas butiran.
Sedangkan pada bahan dengan perlakuan suhu leleh 870
o
C, pertumbuhan butiran
masih belum optimal karena dengan suhu leleh 870
o
C belum mampu
memperbaiki koneksitas butiran pada bahan yang mungkin retak saat dilakukanya
proses peletisasi. Hasil Foto Mikroskop Optik dan perhitungan rapat massa bahan
menunjukkan bahwa bahan dengan perlakuan suhu leleh 875
C memiliki
morfologi permukaan yang bagus dan nilai rapat massa yang lebih tinggi,
sehingga memungkinkan tranport listrik akan berjalan dengan baik.
o
c
o
o