ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK ( STUDI TENTANG KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT DR. SOEBANDI JEMBER )
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pelayanan yang
diberikan oleh Rumah Sakit dr. Soebandi Jember terhadap pasien.rawat inap.
Perkembangan masyarakat yang semakin hari semakin dominan, berpengetahuan,
tingkat kehidupan dan pendidikan, perkembangan ekonomi atau kemampuan
ekonomi masyarakat semakin baik mengakibatkan terjadinya perubahan yang luar
biasa. Telah terjadi pergeseran yang semula hanya untuk memenuhi kebutuhan
berubah atau meningkat menjadi harapan untuk memenuhi kepuasan. Kepuasan
pasien sangat ditentukan oleh kualitas, karena fokus dari kualitas adalah kepuasan
pasien itu sendiri. Dalam penulisan ini fokus penelitian adalah kualitas pelayanan
terhadap pasien rawat inap pada rumah sakit dr. Soebandi Jember.
Kualitas pelayanan merupakan persepsi terhadap pelayanan, yang diukur
dari membandingkan antara apa yang diharapkan dan dipersepsikan oleh pasien.
Berdasarkan kajian teoritis, penulis mengadopsi pendapat Parasuraman, Berry,
dan Zeithalm, yang menyebutkan bahwa kualitas pelayanan umum dapat dilihat
dari lima dimensi, yaitu: Tampilan/Bukti Fisik (Tangibles), Keterandalan
(Reliability), Daya Tanggap (Responsiveness), Kemampuan Memberikan Jaminan
(Assurance), dan Kemampuan Memberikan Perhatian Personal (Empathy).
Sementara, analisis yang dipergunakan adalah analisis model ServQual.
Dari hasil perhitungan ServQual, mutu kualitas pelayanan pasien rawat
inap pada rumah sakit dr. Soebandi Jember secara umum adalah dapat dikatakan
baik yang dalam hal ini terdiri dari empat tingkatan ruang inap, yaitu ruang inap
kelas satu, ruang inap kelas dua, ruang inap kelas tiga dan ruang inap paviliun.
Namun demikian jika dilihat pada aspek dimensi, dimana masing-masing
tingkatan kelas ditemukan adanya perbedaan pada mutu kualitas pelayanannya.
Seperti pada mutu kualitas pelayanan pasien rawat inap kelas satu, dimensi
Keandalan dan dimensi Empati diperoleh nilai skor “negatif”, karena perolehan
skor persepsi pasien lebih rendah dari pada skor harapan pasien .Dan pada pasien
vii
rawat inap kelas dua, nilai skor “negatif” ada pada dimensi Bukti langsung dan
Keandalan, pada pasien rawat inap kelas tiga, perolehan nilai skor dimensi bukti
langsung juga ”negatif”. Perolehan skor negatif tersebut merupakan hasil dari
selisih antara “pelayanan yang dipersepsikan” dengan “pelayanan yang
diharapkan” oleh pasien. Sedangkan untuk pasien rawat inap paviliun skor yang
diperoleh adalah “positif” artinya kualitas pelayanannya sangat baik, karena dari
kelima dimensi diperoleh skor ServQual 5 yaitu dari skor persepsi pasien 309 dan
skor harapan pasien 304, artinya harapan pasien lebih tinggi dari pada persepsi
pasien terhadap kualitas pelayanannya.