PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA HARIAN JAWA POS DAN KOMPAS
Abstract
Pilihan kata dalam penyampaian berita dalam media massa dapat
berimplikasi terhadap pemahaman pembaca dan minat pembaca untuk menikmati
salah satu media massa tertentu. Tidak jarang penggunaan bahasa pada media
massa tertentu tidak sesuai dengan harapan bahasa media yang sewajarnya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
penggunaan bahasa Indonesia di bidang leksikon dan konstruksi kalimat dalam
rubrik politik dan ekonomi pada harian Jawa Pos dan Kompas.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode penyediaan
data yang digunakan adalah metode simak dengan teknik dasar sadap, sedangkan
teknik lanjutannya adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC). Teknik lain
yang penulis gunakan adalah teknik uji kenal. Adapun metode analisis data yang
penulis gunakan adalah metode komparatif. Hasil analisis data penelitian ini
dipaparkan dengan menggunakan metode penyajian formal dan informal dengan
teknik a natural language serta an artificial language. Adapun sumber data dalam
penelitian ini adalah rubrik politik dan ekonomi pada dua surat kabar yaitu harian
Jawa Pos dan Kompas tahun 2012, yang didasarkan pada tiga waktu yaitu bulan
Maret, Juli dan Desember tepatnya tanggal 10, 17, 24, dan 31. Sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan teknik purpose sampling.
Diksi pada harian Kompas cenderung menggunakan kata yang tidak
sederhana, sesuai dengan kaidah atau tata bahasa yang berlaku.
Ketidaksederhanaan pilihan kata yang digunakan Kompas pada rubrik politik
maupun ekonomi tersebut ditandai dengan banyaknya penggunaan kata kajian
yang kurang dikenal masyarakat. Baik pada rubrik politik maupun ekonomi, katakata
tersebut banyak dijumpai pada kedua rubrik tersebut dibandingkan dengan
yang terdapat pada kedua rubrik harian Jawa Pos. Pada pilihan kata nonbaku
viii
terutama pada rubrik politik, Jawa Pos menggunakan banyak kata nonbaku
dibandingkan dengan penggunaan kata nonbaku pada harian Kompas. Begitupula
pada rubrik ekonomi, kata nonbaku juga banyak dijumpai pada harian Jawa Pos.
Pilihan kata yang bermakna gramatikal, konotatif dan kontekstual pada
rubrik politik Jawa Pos lebih banyak dibandingkan kata yang terdapat pada harian
Kompas. Hal ini menandakan bahwa susunan kata yang terdapat pada harian Jawa
Pos terutama dalam rubrik politik mencerminkan penggunaan bahasa yang
menarik, lugas, padat, dan efektif serta efisien. Sebaliknya, pada rubrik ekonomi,
Kompas lebih banyak menggunakan kata yang bermakna gramatikal, konotatif,
dan kontekstual. Hal tersebut juga ditandai dengan banyaknya himpunan data
yang telah dihimpun melebihi data yang terdapat pada harian Jawa Pos.
Perbedaan jumlah yang ada tidak mencerminkan perbedaan yang mencolok.
Hanya saja selisih tersebut dijadikan sumber acuan untuk dapat menyimpulkan
perolehan data yang telah dihimpun. Perbedaan penggunaan yang signifikan dari
hasil penulisan skripsi ini adalah penggunaan kata kajian, kata yang sesuai dengan
kaidah bahasa (baku) serta kata yang digunakan memiliki nilai rasa yang berbeda
dalam penyampaian berita.
Kompas lebih banyak menggunakan kalimat yang panjang (kalimat
majemuk) dibandingkan Jawa Pos. Susunan Kalimat tersebut ditandai dengan
banyaknya kalimat yang unsur kalimat yang ada diperluas dengan keterangan
yang berfungsi sebagai pelengkap kalimat. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa bahasa Kompas cenderung menggunakan kata kajian, kata baku serta
penyampaian kesantunan berbahasa yang lebih baik dibandingkan Jawa Pos.
Sebaliknya, Jawa Pos cenderung menggunakan kata-kata yang sederhana,
mengalir (hampir serupa dengan bahasa tutur) serta memiliki penyampaian
kesantunan berbahasa yang lebih rendah dibandingkan pada harian Kompas dalam
penyampaian informasinya