PERBEDAAN TINGKAT KEBOCORAN TEPI FISSURE SEALANT BERBASIS RESIN SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN BERKARBONASI
Abstract
Karies merupakan penyakit gigi yang sering terjadi pada anak-anak maupun
dewasa serta merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada usia muda. Karies
banyak ditemukan terutama pada gigi belakang, dikarenakan permukaan gigi
belakang memiliki ceruk-ceruk yang sempit dan dalam
Ketahanan pemakaian fissure sealant dapat diuji dengan berbagai cara karena
menyesuaikan dengan penggunaan di dalam rongga mulut. Fissure sealant terletak di
permukaan oklusal gigi dan mendapatkan tekanan kunyah yang besar. Tekanan
kunyah yang mengenai fissure sealant tersebut dapat menyebabkan terjadinya
kebocoran tepi serta memungkinkan terlepasnya fissure sealant. Tekanan kunyah
akan diperparah apabila kebersihan mulut pasien jelek, artinya pH rongga mulut
rendah. Pada kondisi tersebut apabila pasien mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
minuman berkarbonasi maka pH rongga mulut semakin menurun. pH yang rendah
dapat menyebabkan degradasi fissure sealant sehingga sangat memungkinkan
kebocoran tepi yang timbul akan semakin besar.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perendaman dalam minuman berkarbonasi terhadap kebocoran tepi fissure
sealant berbasis resin serta perbedaan kebocoran tepi fissure sealant yang telah
direndam dalam minuman berkarbonasi dengan kelompok kontrol yang direndam
dalam aquades. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang arti pentingnya fissure sealant sebagai upaya preventif dalam
mencegah karies serta pengaruh minuman berkarbonasi terhadap efektivitas bahan
fissure sealant.
Pada penelitian ini untuk menguji kondisi tersebut menggunakan uji post-test
only control group design. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 32 gigi
premolar RA dan RB yang diaplikasikan fissure sealant berbasis resin pada bagian
disto-labial gigi. Kemudian dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok 1
direndam dalam aquadest selama 18 jam, kelompok 2 direndam dalam minuman
berkarbonasi selama 7 jam, kelompok 3 direndam dalam minuman berkarbonasi
selama 13 jam, dan kelompok 4 direndam dalam minuman berkarbonasi selama 18
jam. Setelah dilakukan perendaman, tahap berikutnya adalah pengamatan kebocoran
tepi fissure sealant. Hasil penelitian menunjukkan ukuran rerata kedalaman penetrasi
methylene blue 2% kelompok 1 sebesar 0.4488 mm, kelompok 2 sebesar 0.9483 mm,
kelompok 3 sebesar 1.2942mm dan yang terakhir kelompok 4 sebesar 1.6259 mm.
Semakin tinggi nilai penetrasi methylene blue 2% menunjukkan semakin tinggi
tingkat kebocoran tepi serta semakin rendah tingkat kerapatan tepi fissure sealant.
Kesimpulannya adalah kebocoran tepi fissure sealant berbasis resin yang
direndam dalam minuman berkarbonasi lebih besar dibandingkan dengan kebocoran
tepi fissure sealant yang direndam dalam aquadest. Dan semakin lama waktu
perendaman dalam minuman berkabonasi, maka semakin besar kebocoran tepi fissure
sealant berbasis resin. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
bagi para dokter gigi untuk memberikan anjuran pada pasiennya yang mendapatkan
perawatan fissure sealant agar setelah meminum minuman berkarbonasi sebaiknya
dinetralkan dengan air putih atau larutan pH netral.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]