dc.description.abstract | Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin
atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Dalam jangka panjang,
penyakit ini dapat mengakibatkan komplikasi, misalnya atherosclerosis pada jantung,
kaki dan otot, kerusakan saraf perifer, gangguan retina dan kerusakan ginjal. Salah
satu pengobatan alternatif dalam mengobati penyakit diabetes mellitus adalah dengan
memanfaatkan bahan alam, seperti penggunaan kombinasi daun sambiloto dan daun
kumis kucing yang sering digunakan secara bersama-sama sebagai antidiabetik.
Untuk lebih memberikan dasar bagi bukti manfaatnya tentang penggunaan kombinasi
tersebut sebagai antidiabetik, perlu dilakukan suatu penelitian. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas kombinasi ekstrak daun sambiloto
(Andrographis panniculata Nees) dengan ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang
menyandang diabetes melitus.
Prosedur pengujian aktivitas antidiabetik kombinasi daun sambiloto dan daun
kumis kucing dalam penelitian ini adalah menggunakan metode induksi aloksan.
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan Galur Wistar.
Aloksan adalah suatu senyawa yang sering digunakan untuk penelitian diabetes
menggunakan hewan coba. Hewan coba dikatakan diabetes jika kadar glukosa
darahnya lebih dari kadar glukosa normal pada tikus yaitu 50-135 mg/dL. Bahan uji
dikatakan memiliki aktivitas sebagai antidiabetik jika dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada tikus diabetes. Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan
metode kondensasi gugus amin dengan pereaksi orto-toluidin.
Analisis data dilakukan dengan terhadap nilai AUC. Nilai AUC ini digunakan
untuk menggambarkan kadar glukosa pada waktu yang telah ditentukan pada titiktitik
tertentu. Pada penelitian ini digunakan empat titik yaitu pada keadaan puasa, 1
jam PP, 2 jam PP, dan 4 jam PP. Nilai AUC digunakan untuk menggambarkan
penurunan glukosa darah pada satu waktu tertentu. Berdasarkan analisis
menggunakan one way Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan
uji Least Significant Different (LSD) menunjukkan bahwa kelompok perlakuan
dengan perbandingan dosis 0,5 g: 1,5 g dan 1 g: 1 g memiliki aktivitas antidiabetes
yang sebanding dengan kontrol positif glibenklamid dengan dosis 0,9 mg/kgBB,
sedangkan kelompok uji ekstrak etanol daun sambiloto dosis tunggal 2 g/kg BB,
ekstrak kloroform daun kumis kucing dosis tunggal 2 g/kg BB, dan kelompok
perlakuan dengan perbandingan dosis 1,5 g: 0,5 g menunjukkan aktivitas antidiabetik
yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (p<0,05). Hal
tersebut dapat dilihat hasil uji statistik yaitu adanya perbedaan signifikan dengan
kontrol positif yaitu glibenklamid dosis 0,9 mg/kg BB.
Nilai AUC menunjukkan efektivitas senyawa sebagai antidiabetik. Semakin
rendah/kecil nilai AUC yang dihasilkan maka semakin bagus aktivitas
antidiabetiknya. Berikut ini nilai AUC yang dihasilkan dari penggunaan kombinasi
ekstrak daun sambiloto dan daun kumis kucing dengan perbandingan dosis 1,5 g: 0,5
g; 0,5 g: 1,5 g; 1 g: 1 g adalah 1383,63±87,53; 1258,25±69,47; 1287,25±106,63.
Daun sambiloto mengandung senyawa andrografolia dan daun kumis kucing
mengandung senyawa flavonoid. Kombinasi kedua senyawa ini memiliki efek yang
lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan tunggal. Tetapi untuk mengetahui
senyawa lain yang memiliki khasiat sebagai antidiabetik pada tanaman sambiloto dan
kumis kucing, mekanisme secara pasti, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. | en_US |