SKRINING FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK HEKSANA UMBI KELADI TIKUS (Typhonium
Abstract
Kanker telah menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Di Indonesia, kanker
menempati peringkat keenam penyebab kematian setelah penyakit infeksi,
kardiovaskular, kecelakaan lalu lintas, defisiensi nutrisi dan penyakit kongenital.
Meningkatnya insidensi kasus baru penderita kanker menyebabkan pengembangan
penelitian untuk menemukan obat-obat baru terus berkembang, bahkan dari bahan
alampun kini banyak diteliti untuk pengobatan penyakit kanker. Adanya isu back to
nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli
masyarakat meningkatkan penggunaan bahan alam sebagai obat. Berbagai macam
senyawa telah dikembangkan melawan kanker, akan tetapi tak satupun dari berbagai
jenis senyawa tersebut menghasilkan efek yang memuaskan dan tanpa efek samping
yang merugikan. Salah satu jenis tanaman yang diduga memiliki khasiat sebagai
antikanker adalah keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Bl) yang termasuk
dalam famili Araceae. T. flagelliforme merupakan salah satu tanaman yang telah
digunakan secara empiris untuk terapi kanker oleh masyarakat Indonesia dan
Malaysia. Bagian tanaman yang digunakan dalam pengobatan adalah umbinya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (i) aktivitas antikanker
ekstrak heksana umbi T. flagelliforme, (ii) perbedaan aktivitas berbagai dosis ekstrak
heksana umbi T. flagelliforme, dan (iii) jenis senyawa yang terkandung dalam ekstrak
heksana umbi T. flagelliforme sehingga memiliki aktivitas antikanker.
Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yaitu Fakultas Farmasi Universitas
Jember (Laboratorium Biologi Farmasi), Laboratorium Klinik dan Bioscience Rumah
Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Jember serta Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember (Laboratorium Patologi Anatomi dan Biomedik) yang dilakukan
mulai bulan Februari sampai September 2011. Hewan coba berupa mencit jantan
berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram sebanyak 9 ekor dibagi dalam 3
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor yang dipilih secara acak.
Mencit diinduksi dengan 0,1 mL benzo(a)pirena 0,3% b/v sebanyak 10x setiap 2 hari
sekali secara sub kutan. Setelah itu, mencit dibiarkan ± 3 bulan hingga mencit
menderita kanker dengan diameter terpanjang benjolan sekitar 20 mm. Berikutnya
diberi sediaan bahan uji maupun kontrol sebanyak 0,2 mL setiap hari selama 10 hari
dengan dosis 60 mg/kg BB sebagai kelompok perlakuan I dan dosis 120 mg/kg BB
sebagai kelompok perlakuan II. Pada hari berikutnya, mencit dikorbankan
menggunakan larutan eter. Jaringan kanker yang telah dipisahkan diukur
diameternya, ditimbang dan dibuat sediaan histopatologi.
Data diameter dari jaringan kanker yang timbul pada tubuh mencit sebelum
pemberian bahan uji dan setelah pemberian bahan uji dianalisis melalui indeks
evaluasi aktivitas antikanker berdasarkan nilai T/C (%), sedangkan data berat jaringan
kanker yang diperoleh digunakan untuk mengetahui prosentase hambat pertumbuhan
kanker. Dilakukan pula pembacaan sediaan histopatologi jaringan kanker secara
deskriptif menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x hingga 400x. Senyawa
yang terkandung dalam ekstrak heksana umbi T. flagelliforme diketahui dengan
melakukan skrining fitokimia.
Hasil penelitian indeks evaluasi dari aktivitas antikanker (T/C), diperoleh T/C
rata-rata pada dosis 60 mg/kg BB adalah sebesar 40,90 ± 4,99% dan pada dosis 120
mg/kg BB yaitu 47,33 ± 22,75%. Berat rata-rata jaringan kanker berdasarkan hasil
penelitian pada dosis 60 mg/kg BB yaitu 5,74 ± 3,22 gram dengan nilai prosentase
hambat kanker sebesar 21,54± 11,54% dan berat rata-rata jaringan kanker pada dosis
120 mg/kg BB adalah 4,91 ± 1,24 gram dengan nilai prosentase hambat 42,26 ±
33,05%, sedangkan berat rata-rata jaringan kanker pada kontrol negatif yaitu sebesar
7,85 ± 5,67.
Pengamatan efek antikanker berdasarkan irisan anatomi-histopatologi dari
jaringan fibrosarkoma pada dosis 120 mg/kg BB bila dibandingkan dengan gambaran
histopatologi dari kelompok kontrol negatif dan dosis 60 mg/kg BB menunjukkan
terjadinya perubahan gambaran histopatologi yang cukup berbeda, di mana
pengamatan preparat histopatologi pada dosis 120 mg/kg BB lebih banyak dijumpai
sel nekrosis dan jaringan granulasi (ikat sembab), bahkan dijumpai pula push yang
diakibatkan adanya kontaminasi dari bakteri pada sel yang sudah mengalami
nekrosis. Beberapa sel juga nampak seperti mengalami peristiwa apoptosis
ditunjukkan dengan adanya fragmen-fragmen dari DNA. Hal ini dipertegas dengan
adanya sisa fragmen berupa titik atau bulatan kecil ditengah-tengah sitoplasma.
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa ekstrak heksana
umbi T. flagelliforme memiliki aktivitas antikanker di mana dosis 120 mg/kg BB
memiliki aktivitas antikanker lebih baik bila dibandingkan dengan dosis 60 mg/kg
BB berdasarkan hasil pemeriksaan preparat hitopatologi dan nilai prosentase hambat
kanker. Hasil skrining fitokimia dari ekstrak heksana umbi T. flagelliforme
disimpulkan mengandung senyawa dari golongan steroid, terpenoid, flavonoid dan
asam lemak. Mekanisme antikanker yang dimiliki oleh ekstrak heksana umbi T.
flagelliforme terutama mengarah pada kematian sel secara apoptosis melalui jalur
mitokondria (internal).
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]