dc.description.abstract | Peningkatan konsumsi energi telah mengingatkan dunia akan kemungkinan
terjadinya krisis energi beberapa dekade ke depan yang akhirnya juga berpengaruh
pada kebutuhan energi yang semakin terbatas dan kegiatan ekonomi. Pada sisi lain,
produksi padi yang terus meningkat mengakibatkan limbah padi berupa sekam juga
akan meningkat jumlahnya. Pemanfaatan sekam sebagai briket merupakan salah satu
cara untuk mereduksi timbunan sekam dan memenuhi kebutuhan energi. Pada
pembuatan arang sekam menggunakan bahan bakar kayu dimana akan menghasilkan
arang kayu dan abu pada sisa pembakaran. Untuk mengoptimalkan limbah arang
kayu, dapat digunakan sebagai bahan tambah briket sekam padi.
Penelitian ditujukan untuk mengetahui karakteristik briket-briket berbahan
dasar sekam padi dan telah dilaksanakan di Laboratorium Biofisika Jurusan Fisika
Fakultas MIPA Universitas Jember dan UPT.PKB Dinas Perhubungan Jember. Bahan
penyusun briket yang digunakan adalah sekam padi (100%) sebagai perlakuan A,
arang sekam padi (100%) sebagai perlakuan B, arang sekam padi: arang kayu
(50:50)% sebagai perlakuan C, dan arang sekam padi: arang kayu (70:30)% sebagai
perlakuan D.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan didapat kesimpulan bahwa
perbedaan komposisi dan jenis bahan pembuat briket memberi pengaruh yang
berbeda terhadap karakteristik briket yang meliputi kadar air, nilai kalor, lama
penyalaan, opasitas gas buang, dan kadar abu. Semakin rendah kadar air dan kadar
abu briket, maka semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan, dimana perlakuan C
memiliki nilai kalor tertinggi yaitu 4526,097 kJ/kg serta memiliki kadar air dan kadar
abu terendah. Semakin besar nilai kalor briket, maka semakin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk mendidihkan satu liter air. Perlakuan C adalah perlakuan yang tercepat untuk mendidihkan satu liter air yang membutuhkan waktu 17,850 menit.
Semakin mudah bahan briket terbakar, maka semakin cepat lama penyalaan briket
hingga menjadi abu. Perlakuan C memiliki lama penyalaan briket terlama yaitu 156,2
menit.
Bahan briket yang tidak mengalami proses karbonisasi dan mempunyai kadar
air yang tinggi berpengaruh terhadap tingginya nilai opasitas gas buang dan
temperatur bara briket yang tidak stabil. Perlakuan B memiliki nilai opasitas gas
buang yang terendah sekitar 5%. Opasitas masing-masing perlakuan komposisi briket
masih dibawah batas yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 13 Tahun 1995 opasitas maksimum dari emisi bukan logam yaitu 40%. | en_US |