Peningkatan Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika dengan Menggunakan Media Pembelajaran Macromedia Flash Profesional 8 dengan Setting Model Pembelajaran Inquiry Pada Kelas IX A SMP Negeri 1 Sukowono Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011
Abstract
RINGKASAN
Peningkatan Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar Fisika dengan Menggunakan Media Pembelajaran Macromedia Flash Profesional 8 dengan
Setting Model Pembelajaran Inquiry Pada Kelas IX A SMP Negeri 1 Sukowono Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011; Nina Kinanti, 060210102241;
2010/2010: 48 halaman; Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Fisika merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains yang menguraikan dan menjelaskan tentang unsur-unsur dalam bumi serta fenomenanya dan merupakan salah satu pelajaran di SMP. Pembelajaran fisika bertujuan untuk
mengembangkan ketrampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep fisika dalam menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah siswa. Oleh karena itu siswa tidak hanya sekedar menghafalkan rumus, tetapi siswa dituntut untuk dapat membangun pengetahuan dalam diri mereka sendiri dengan peran aktifnya dalam proses belajar
mengajar di Sekolah. Berdasarkan observasi hasil belajar mata pelajaran fisika kelas VIII A SMP
Negeri 1 Randuagung Kabupaten Lumajang masih belum mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil observasi rata-rata ketuntasan hasil belajar fisika kelas VIII A mata pelajaran fisika tahun ajaran 2010/2011 hanya mencapai 33,33%. Rendahnya
ketuntasan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa siswa kurang menguasai konsep fisika. Selain itu, aktivitas belajar siswa yang rendah juga menjadi salah satu faktor rendahnya ketuntasan hasil belajar di kelas VIII A. Menurut pendapat guru pengajar mata pelajaran fisika di kelas VIII A, aktivitas belajar rata-rata siswa hanya mencapai
44,44%. Rendahnya aktivitas dan ketuntasan hasil belajar fisika disebabkan oleh : (1) metode pembelajaran fisika yang digunakan kurang inovatif, guru sering menggunakan metode ceramah,metode tugas dengan alasan metode tersebut tidak memerlukan banyak waktu, sehingga hanya terdapat 65% siswa yang aktif
mendengarkan penjelasan guru, (2) buku penunjang yang dimiliki siswa kurang lengkap, hanya 85 % siswa yang memiliki buku paket fisika, (3) siswa kurang menyukai mata pelajaran fisika bahkan siswa menganggap fisika terlalu sulit untuk
difahami, berdasarkan data yang diperoleh hanya 58% siswa yang menyukai mata pelajaran fisika, (4) ketika diberitugas hanya 90% siswa yang mengumpulkan hal ini disebabkan karena siswa kurang berminat dalam membaca, (5) kelengkapan alat fisika yang kurang lengkap, berdasarkan pengamatan alat fisika yang terdapat di
laoratorium fisika hanya 75% yang memenuhi standar, Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan perbaikan pembelajaran dengan
menerapkan model group investigation yang diawali dengan tugas meresum untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar fisika siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Randuagung Kabupaten Lumajang. kelebihan model group investigation adalah sebagai berikut.
a. Memungkinkan siswa untuk secara aktif melakukan investigasi terhadap suatu
topik, sebab group investigation memfokuskan pada investigasi terhadap suatu
topik atau konsep. b. Group investigation menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membentuk atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna.
c. Group investigation efektif dalam membentuk siswa untuk bekerjasama dalam
kelompok dengan latar belakang berbeda (misalnya kemampuan, gender, dan
etnis).
d. Group investigation menyediakan konteks sehingga siswa dapat belajar mengenai
dirinya dan orang lain.
Penelitian ini dilakukan di Kelas VIII A SMP Negeri 1 Randuagung
Kabupaten Lumajang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi,
wawancara, dan post-test,. Teknik Analisis data menggunakan analisis statistik
deskriptif. Persentase aktivitas belajar digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa antara pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2. Persentase
ketuntasan hasil belajar digunakan untuk mengetahui peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa antara pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2.