Show simple item record

dc.contributor.authorDINA WIFADA
dc.date.accessioned2014-01-26T16:57:13Z
dc.date.available2014-01-26T16:57:13Z
dc.date.issued2014-01-26
dc.identifier.nimNIM032210101064
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/24369
dc.description.abstractAsma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya pengerutan dan penyempitan saluran nafas pada cabang tenggorok sehingga dinding-dinding salurannya meradang, menebal, dan penuh cairan menyebabkan pengeluaran nafas disertai suara mendesis. Salah satu obat asma bronkial adalah Aminofillin. Aminofillin merupakan obat dengan indeks terapi sempit sehingga sedikit saja perubahan kadar obat dalam plasma dapat menyebabkan terjadinya toksik. Jika pemberian dosis Aminofillin tidak diberikan secara hati-hati maka dapat terjadi efek –efek yang merugikan termasuk efek samping obat (ESO). Sehingga diperlukan pengamatan tentang timbulnya efek samping obat pada penggunaan Aminofillin untuk pasien asma bronkial. Pada Pengamatan kali ini, digunakan metode sensus dengan quota waktu selama 1 Oktober sampai 31 Desember 2008. Berdasarkan pengamatan dari 52 sampel yang berhasil dikumpulkan diperoleh pasien laki-laki sebesar 69,23 % dan 30,77 % pasien perempuan dengan kisaran usia 25-80 tahun. Pasien yang paling banyak adalah didominasi oleh pasien laki-laki berusia antara 60-69 tahun. Dan jika ditinjau dari pekerjaan yang dilakukakan oleh pasien, yang paling sering menderita asma adalah yang berprofesi sebagai petani yaitu sebanyak 46,15%, kemudian disusul pasien tidak bekerja 30,77%, buruh pabrik 9,62%, karyawan/wiraswasta 7,69 dan pensiunan 5,77%. Persentase penambahan obat lain sebagai kombinasi untuk kasus asma bronkial yang paling dominan adalah penambahan 3 obat lain sebesar 44,23% dengan kombinasi obat yang paling sering diberikan adalah golongan obat asma+ekspektoran+antiinflamasi sebesar 36,54%. Pada pemberian Aminofillin akan mengalami efek samping meliputi pusing, berdebar, dan lain-lain (diare, mulut kering, muntah, insomnia, mengantuk), dan efek samping yang paling sering muncul adalah mual sebesar 46,15%. Hal ini mungkin diakibatkan karena efek samping samping yang ditimbulkan dari obat Gliseril Guaiakolat (GG), Bromhexin HCl, dan Cefotaxim karena proses absorbsi obat terjadi di saluran pencernaan mengakibatkan efek samping terhadap saluran pencernaan yang dapat menambah produksi asam lambung dengan gejala mual-mual atau muntah. Menurut penelitian ini efek samping yang terjadi tergantung dosis (dosedependent) /efek samping tipe A. Hal ini ditunjukkan pada tabel 4.7 dimana pada pemberian dosis 188 mg/ 7,5 ml (tiap 8 jam) persentase keluhan adanya efek samping sebesar 65,39%, pada pemberian dosis 167 mg/7 ml (tiap 8 jam) sebesar 21,15% dan pada pemberian dosis 125 mg/5 ml (tiap 8 jam) sebesar 13,46%. Berdasarkan perhitungan statistik Epi Info (lihat Lampiran G) menunjukkan bahwa dosis >125 mg/5 ml (tiap 8 jam) dan dosis < 125 mg/5 ml (tiap 8 jam) pada pemberian Aminofillin bermakna secara statistik terhadap pengaruh efek samping obat. Pada dosis Aminofillin >125 mg/5 ml (tiap 8 jam) kemungkinan terjadinya resiko efek samping sebesar 24,17 kali lebih besar dibandingkan dosis Aminofillin <125 mg/5 ml (tiap 8 jam), dimana nilai P = <0,05 (tingkat kepercayaan 95%).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries032210101064;
dc.subjectGejala Efek Samping Aminofillinen_US
dc.titleANALISIS GEJALA EFEK SAMPING AMINOFILLIN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PARU JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record