dc.description.abstract | Akrilamida termasuk salah satu senyawa kimia berbahaya yang kini diduga
memiliki potensi kuat sebagai mesin pemicu kanker. Akrilamida dapat diabsorpsi
pada saluran gastrointestinal, didistribusikan secara luas oleh cairan tubuh dan dapat
menembus membran plasenta. Senyawa ini juga neurotoksik (toksik terhadap sel
saraf), dan secara oral meningkatkan risiko kanker skrotal, tiroid, tumor adrenal pada
tikus jantan dan meningkatkan risiko kanker mammae, tiroid, dan tumor uterin pada
tikus betina. Akrilamida terdapat dalam makanan bukan karena kontaminasi dari luar,
tetapi disebabkan pemanasan gula dan asam amino yang terdapat dalam makanan
pada suhu tinggi (diatas 120ºC). Pengolahan makanan berkarbohidrat tinggi dengan
suhu tinggi dapat menyebabkan senyawa karbohidrat pada bahan makanan tersebut
terurai yang kemudian bereaksi dengan asam amino membentuk akrilamida.
Beberapa metode analisis yang sering digunakan oleh para peneliti pendahulu
untuk mengidentifikasi akrilamida diantaranya adalah kromatografi gas, kromatografi
gas spektrofotometri massa, kromatografi cair spektrofotometri massa, dan
kromatografi cair kinerja tinggi. Analisis tersebut pada umumnya menggunakan
peralatan yang modern, sulit didapatkan, dan merupakan metode yang kompleks.
Salah satu metode lebih sederhana yang juga dapat digunakan antara lain adalah
kromatografi lapis tipis (KLT). Adapun tahap penelitian yang dilakukan adalah
optimasi metode preparasi sampel, optimasi kondisi análisis, validasi metode análisis,
serta penentuan kadar akrilamida dalam sampel ubi jalar berumbi putih goreng yang
diambil di kawasan kampus Universitas Jember yaitu Jalan Mastrip, Jalan Riau, dan
Jalan Jawa secara KLT-Densitometri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk penentuan kadar
akrilamida dalam ubi jalar berumbi putih goreng secara KLT-Densitometri
adalah: memakai pelarut etanol 70 %, eluen menggunakan methanol p.a : benzene p.a Akrilamida termasuk salah satu senyawa kimia berbahaya yang kini diduga
memiliki potensi kuat sebagai mesin pemicu kanker. Akrilamida dapat diabsorpsi
pada saluran gastrointestinal, didistribusikan secara luas oleh cairan tubuh dan dapat
menembus membran plasenta. Senyawa ini juga neurotoksik (toksik terhadap sel
saraf), dan secara oral meningkatkan risiko kanker skrotal, tiroid, tumor adrenal pada
tikus jantan dan meningkatkan risiko kanker mammae, tiroid, dan tumor uterin pada
tikus betina. Akrilamida terdapat dalam makanan bukan karena kontaminasi dari luar,
tetapi disebabkan pemanasan gula dan asam amino yang terdapat dalam makanan
pada suhu tinggi (diatas 120ºC). Pengolahan makanan berkarbohidrat tinggi dengan
suhu tinggi dapat menyebabkan senyawa karbohidrat pada bahan makanan tersebut
terurai yang kemudian bereaksi dengan asam amino membentuk akrilamida.
Beberapa metode analisis yang sering digunakan oleh para peneliti pendahulu
untuk mengidentifikasi akrilamida diantaranya adalah kromatografi gas, kromatografi
gas spektrofotometri massa, kromatografi cair spektrofotometri massa, dan
kromatografi cair kinerja tinggi. Analisis tersebut pada umumnya menggunakan
peralatan yang modern, sulit didapatkan, dan merupakan metode yang kompleks.
Salah satu metode lebih sederhana yang juga dapat digunakan antara lain adalah
kromatografi lapis tipis (KLT). Adapun tahap penelitian yang dilakukan adalah
optimasi metode preparasi sampel, optimasi kondisi análisis, validasi metode análisis,
serta penentuan kadar akrilamida dalam sampel ubi jalar berumbi putih goreng yang
diambil di kawasan kampus Universitas Jember yaitu Jalan Mastrip, Jalan Riau, dan
Jalan Jawa secara KLT-Densitometri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk penentuan kadar
akrilamida dalam ubi jalar berumbi putih goreng secara KLT-Densitometri
adalah: memakai pelarut etanol 70 %, eluen menggunakan methanol p.a : benzene p.a Akrilamida termasuk salah satu senyawa kimia berbahaya yang kini diduga
memiliki potensi kuat sebagai mesin pemicu kanker. Akrilamida dapat diabsorpsi
pada saluran gastrointestinal, didistribusikan secara luas oleh cairan tubuh dan dapat
menembus membran plasenta. Senyawa ini juga neurotoksik (toksik terhadap sel
saraf), dan secara oral meningkatkan risiko kanker skrotal, tiroid, tumor adrenal pada
tikus jantan dan meningkatkan risiko kanker mammae, tiroid, dan tumor uterin pada
tikus betina. Akrilamida terdapat dalam makanan bukan karena kontaminasi dari luar,
tetapi disebabkan pemanasan gula dan asam amino yang terdapat dalam makanan
pada suhu tinggi (diatas 120ºC). Pengolahan makanan berkarbohidrat tinggi dengan
suhu tinggi dapat menyebabkan senyawa karbohidrat pada bahan makanan tersebut
terurai yang kemudian bereaksi dengan asam amino membentuk akrilamida.
Beberapa metode analisis yang sering digunakan oleh para peneliti pendahulu
untuk mengidentifikasi akrilamida diantaranya adalah kromatografi gas, kromatografi
gas spektrofotometri massa, kromatografi cair spektrofotometri massa, dan
kromatografi cair kinerja tinggi. Analisis tersebut pada umumnya menggunakan
peralatan yang modern, sulit didapatkan, dan merupakan metode yang kompleks.
Salah satu metode lebih sederhana yang juga dapat digunakan antara lain adalah
kromatografi lapis tipis (KLT). Adapun tahap penelitian yang dilakukan adalah
optimasi metode preparasi sampel, optimasi kondisi análisis, validasi metode análisis,
serta penentuan kadar akrilamida dalam sampel ubi jalar berumbi putih goreng yang
diambil di kawasan kampus Universitas Jember yaitu Jalan Mastrip, Jalan Riau, dan
Jalan Jawa secara KLT-Densitometri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk penentuan kadar
akrilamida dalam ubi jalar berumbi putih goreng secara KLT-Densitometri
adalah: memakai pelarut etanol 70 %, eluen menggunakan methanol p.a : benzene p.a (2 : 1), panjang gelombang 200 nm, konsentrasi uji analit 100 ppm serta
menggunakan lempeng silika gel F254. Metode KLT-Densitometri untuk penentuan
kadar akrilamida dalam ubi jalar berumbi putih goreng memberikan hasil yang valid
yakni meliputi spesifik perhitungan korelasi spektra lebih dari 0,990, linier (koefisien
korelasi 0.99365980), akurat (% Recovery = 98.19 %), linier (koefisien korelasi =
0.99365980 ), presisi (RSD = 2.67 %), dan peka (batas deteksi adalah 17.45265 ppm
dan batas kuantitasi adalah 52.35794 ppm. Kadar asupan akrilamida melalui makanan
berada pada rentang 0,3-0,8 μg/kg BB/hari, sedangkan kadar akrilamida yang
terdapat pada sampel ubi jalar berumbi putih goreng di Jalan Mastrip, Jalan Riau, dan
Jalan Jawa sangat kecil sehingga tidak dapat terdeteksi oleh metode ini atau diluar
range konsentrasi standart yakni dibawah 0,230 μg.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar akrilamida yang
terdapat dalam ubi jalar berumbi putih yang digoreng konsentrasinya berada dibawah
ambang batas yang aman untuk dikonsumsi. | en_US |