dc.description.abstract | INGKASAN
Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia,
Swingle) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus secara In
Vitro; Ninditha Retno Pradani, 082010101049; 2012; 72 halaman; Fakultas
Kedokteran Universitas Jember.
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan dalam bidang
kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang dan merupakan penyebab
utama penyakit di dunia terutama pada daerah tropis. Salah satu bakteri yang
menyebabkan infeksi yg sering ditemukan adalah Staphylococcus aureus yang
merupakan patogen utama pada manusia. S. aureus merupakan flora normal pada
kulit dan selaput lendir manusia, namun ketika kulit tersebut rusak atau terbuka
karena beberapa alasan, maka bakteri dapat masuk melalui luka dan menyebabkan
infeksi. Infeksi S. aureus juga dapat menyebabkan penyakit yang serius dan
mengancam jiwa bila sampai masuk dalam aliran darah, misalnya pneumonia,
meningitis, endokarditis, dan sepsis. Beberapa tahun terakhir S. aureus
menunjukkan resistensi terhadap antibakteri yang biasa digunakan. Karena
banyaknya resistensi antibakteri terhadap S. aureus ini, maka diperlukan suatu
pengembangan baru mengenai terapi alternatif yang memanfaatkan antibakteri
alamis ebagai antibiotik salah satunya adalah jeruk nipis yang didalamnya
mengandung minyak atsiri yang disusun oleh beberapa senyawa salah satunya
flavonoid yang terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan tanaman jeruk nipis dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S. aureus dan kadar hambat minimum (KHM) perasan jeruk
nipis terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus.
Jenis penelitian yang digunakan adalah True Experimental Design dengan
rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design. Sampel yang
digunakan adalah bakteri S. aureus yang ditanam dalam agar Mueller Hinton yang
kemudian diberi perlakuan dengan air perasan jeruk nipis dengan beberapa konsentrasi. Konsentrasi larutan uji yang digunakan adalah perasan jeruk nipis
dengan konsentrasi 100%; 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,12%; 1,56%; dan 0,78%
sedangkan kontrol negatif adalah aquadest steril dan kontrol positif adalah
suspensi sefaleksin.
Data yang diperoleh adalah diameter zona hambat pertumbuhan bakteri S.
aureus pada media Mueller Hinton tiap konsentrasi 100%; 50%; 25%; 12,5%;
6,25%; 3,12%; 1,56%; dan 0,78% berturut-turut yaitu 1,49 cm; 1,89 cm; 1,19 cm;
0,95 cm; 0,88 cm; 0,76 cm; 0,76 cm; 0,76 cm. Data kemudian dianalisis dengan
uji normalitas Kolmogorov Smirnov, kemudian dilanjutkan dengan uji
homogenitas Levene. Analisis data untuk membuktikan adanya aktivitas
antibakteri ialah menggunakan uji Kruskal-Wallis, karena varians data tidak
terdistribusi normal dan tidak homogen. Uji selanjutnya adalah uji regresi linier
untuk menentukan persamaan garis regresi, sehingga didapatkan nilai KHM
kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis mempunyai
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus secara in vitro. Hal ini
ditunjukkan dengan terbentuknya diameter zona hambat pada media Mueller
Hinton. Semakin tinggi konsentrasi perasan jeruk nipis maka kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus semakin besar. Perasan jeruk nipis
memiliki Kadar Hambat Minimum (KHM) terhadap pertumbuhan S. aureus
secara kualitatif sebesar 6,25% dan secara kuantitatif menggunakan Uji Regresi
Linier didapatkan KHM sebesar 2,069%. | en_US |