dc.description.abstract | Evaluasi Insiden Penggunaan Obat Hepatotoksik pada Pasien Rawat Inap
Dengan Riwayat Gangguan Hati di RSD dr. Soebandi Jember: Gabriella Amadea
Anggi, 062210101043: 2012: 45 halaman: Falkutas Farmasi Universitas Jember.
Pemakaian obat-obatan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan
berbagai efek samping. Salah satunya adalah efek hepatotoksik, yaitu efek samping
kerusakan sel-sel atau jaringan hati dan sekitarnya akibat konsumsi suatu obat.
Kemungkinan hepatotoksik obat ada yang bisa diprediksi dan ada yang tidak,
tergantung pada mekanisme kerja obat, metabolit yang dihasilkannya, serta kaitannya
dengan jumlah dosis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang profil pasien (jenis
kelamin dan usia), profil pengobatan pasien (dosis dan durasi) dan golongan obat
hepatotoksik yang digunakan dalam terapi pasien dengan gangguan fungsi hati. Serta
melakukan evaluasi profil pengobatan terhadap adanya kemungkinan potensi efek
hepatotoksisitas. Dengan adanya pengelohan yang baik diharapkan dapat
meningkatkan survival penderita dan dapat meminimalkan tingkat kejadian
hepatotoksisitas pada penggunaan obat-obat tertentu terhadap pasien gangguan fungsi
hati.
Penelitian ini dilakukan dengan cara non eksperimental dengan rancang
penelitian analisis deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan
totally sampling pasien dengan diagnosa hepatitis virus dan sirosis hati, pada periode
bulan Januari 2011 – Agustus 2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan Lembar Pengumpul Data (LPD). Total populasi terjangkau pada
penelitian ini adalah 115 DMK, dengan total data eksklusi 98 DMK dan data inklusi
17 DMK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menerima terapi obat
hepatotoksik terbanyak pada pasien sirosis hati, sebesar 76,47% (14). Sedangkan
vii
untuk profil pasien berdasar jenis kelamin, pasien laki-laki 58,82% (10) lebih banyak
menerima terapi obat hepatotoksik dibanding pasien perempuan 41,18% (7), karena
pasien laki-laki secara konstan merupakan pasien terbanyak di seluruh total populasi
terkendali dalam penelitian ini. Karena jumlah sampel yang sedikit maka dalam
analisis hasil penelitian dibagi dalam 3 kelompok dengan rentang usia 20 tahun tiap
kelompok. Kelompok yang menerima terapi obat hepatotoksik terbanyak adalah
rentang usia 31–50 tahun sebanyak 47,06% (8).
Untuk penggunaan obat hepatotoksik, kelompok terbesar pada penggunaan
kaptopril 35,29% (6) dan kelompok terkecil terdapat pada kelompok penggunaan obat
NSAID 5,88% (1), obat NSAID yang digunakan adalah asam mefenamat.
Kemungkinan hepatotoksisitas lebih kecil pada pasien yang menerima terapi tunggal
obat hepatotoksik dibanding pasien yang menerima kombinasi 2 obat hepatotoksik.
Dari 17 sampel, terdapat 3 sampel yang berpotensi hepatotoksik, yaitu: 1 sampel dari
pemberian terapi tunggal obat hepatotoksik (asam mefenamat) dan 2 sampel dari
pemberian kombinasi 2 obat hepatotoksik (kombinasi kaptopril–omeprazol dan
kombinasi alopurinol–parasetamol).
Obat hepatotoksik tetap diberikan dalam terapi meskippasien mengalami
gangguan fungsi hati, karena diharapkan efek terapi yang diberikan lebih besar
dibanding efek samping yang ditimbulkan. Selain itu, adanya penyakit penyerta juga
menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat hepatotoksik untuk terapi. Reaksi
hipersensitifitas dan hepatotoksisitas dapat diminimalkan asalkan sesuai dengan dosis
dan lama terapi yang aman sesuai literatur yang ada. | en_US |