UJI KLINIS ADSORBEN UNTUK MENCEGAH RESIKO DIARE AKIBAT KONSUMSI CABAI RAWIT (Capsicum frutescens)
Abstract
Cabai Rawit dikenal dengan cita rasanya yang sangat pedas. Berdasarkan
penelitian terdahulu kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas sering dianggap
sebagai penyebab timbulnya gastroenteritis (Imaniar, 2007). Jika dikonsumsi
dalam jumlah berlebih cabai dapat mengakibatkan sakit perut dan diare bagi
pengkonsumsinya,. Diare disebabkan oleh proses inflamasi langsung yang
ditimbulkan capsaicin terhadap saluran pencernaan ataupun mekanisme toksisitas
melalui perantaraan bakteri saluran cerna. Mengingat dampak buruk yang dapat
disebabkan oleh konsumsi cabai,rawit, maka peneliti ingin mengetahui sejauh
mana upaya preventif dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman empiris dan
mempertimbangkan aspek biaya dan pilihan terapi yang paling sering dipakai
masyarakat, obat golongan adsorben (norit) yang akan digunakan. Peneliti ingin
membuktikan, apakah pemberian adsorben dapat mencegah resiko diare akibat
konsumsi cabai rawit (Capsicum frutescens).
Rancangan penelitian ini adalah quosi experimental. Dengan desain uji
klinis multiple-time series yang membandingkan kelompok perlakuan (P) dengan
kelompok kontrol (K) dengan melakukan pengukuran sebelum dan sesudah
perlakuan. Penelitian ini melibatkan 10 orang sukarelawan yang akan
mendapatkan 2 macam perlakuan yang seragam. Pada minggu pertama semua
sukarelawan menjadi kelompok kontrol (K), sukarelawan meminum plasebo
sebelum mengkonsumsi cabai rawit, sedangkan pada minggu kedua semua
sukarelawan menjadi kelompok perlakuan (P), sebelum mengkonsumsi cabai
rawit sukarelawan meminum adsorben terlebih dahulu. Primary outcomes dalam penelitian ini adalah pengukuran frekuensi buang air besar dan konsistensi faeces
dan variabel pendukung lain yang diamati dalam uji klinis ini adalah frekuensi
peristaltik dan nyeri perut.
Pengamatan dilakukan setelah perlakuan pada jam ke 1, jam ke 5, jam ke
8, jam ke 12, dan jam ke 24 untuk frekuensi peristaltik, sedangkan pengamatan
frekuensi buang air besar, konsistensi faeces, dan nyeri perut dilakukan pada 24
jam setelah perlakuan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan
uji statistik non parametrik Chi-Square untuk menganalisa adanya hubungan
antara jenis perlakuan dan keluhan yang mungkin timbul.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada kelompok K didapatkan
hasil 80% dari sukarelawan mengalami kenaikan frekuensi peristaltik pada jam
ke 5 setelah pemberian plasebo sedangkan pada kelompok P semua sukarelawan
tidak mengalami kenaikan frekuensi peristaltik, selanjutnya 40% dari sukarelawan
kelompok K mengalami peningkatan frekuensi buang air besar sedangkan pada
kelompok P hanya 10% yang mengalami peningkatan frekuensi buang air besar,
kemudian 50% dari sukarelawan kelompok K mengalami penurunan konsistensi
faeces (lembek) sedangkan pada kelompok P hanya terjadi pada 10%
sukarelawan, dan 50% sukarelawan kelompok K mengalami keluhan nyeri perut
sedangkan pada kelompok P hanya sebesar 20% sukarelawan yang mengalami
keluhan nyeri perut.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pemberian adsorben dapat mencegah resiko diare akibat konsumsi cabai rawit
(Capsicum frutescens) dengan berkurangnya frekuensi peristaltik, penurunan
frekuensi buang air besar, peningkatan konsistensi faeces (padat), dan
berkurangnya keluhan nyeri perut.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]