ANALISIS MANFAAT PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN DHF DI SMF PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOEBANDI JEMBER
Abstract
LATAR BELAKANG PENELITIAN. Manfaat kortikosteroid sebagai terapi
imunologis pada pasien DHF masih merupakan kontroversi. Menurut Stephen (2006);
dan Chang (2007), pasien DHF memberikan respon positif terhadap pemberian
kortikosteroid. Namun, menurut Sunit (2007); dan Posma (2008), pemberian
kortikosteroid pada DHF tidak memiliki manfaat, bahkan dapat membahayakan.
TUJUAN PENELITIAN. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
manfaat pemberian kortikosteroid pada pasien DHF di SMF Penyakit Dalam RSUD
dr. Soebandi Jember periode 1 Agustus 2007-31 Juli 2008.
METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMF Penyakit Dalam
RSUD dr Soebandi Jember pada bulan Januari 2009. Data yang diteliti adalah data
sekunder dari rekam medis pasien DHF di SMF Penyakit Dalam RSUD dr Soebandi
Jember periode 1 Agustus 2007-31 Juli 2008 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi: 1) Pasien terdiagnosis DHF menurut WHO 1997
(Memenuhi dua kriteria klinis dan kriteria laboratorium untuk DHF), 2) Pasien yang
dirawat inap di SMF Penyakit Dalam RSUD dr. Soebandi Jember periode 1 Agustus
2007-31 Juli 2008, 3) Usia > 12 tahun. Kriteria Eksklusi: 1) Pasien pulang sebelum
hari ke-7 demam, 2) Data laboraturium tidak diperiksa setiap hari. Pengambilan
sampel menggunakan metode totally sampling. Data yang diperoleh kemudian
dikelompokkan, dianalisis menggunakan independent t-test, disajikan dalam bentuk
tabel, grafik, dan dideskripsikan dalam bentuk narasi. HASIL PENELITIAN. Dari penelitian ini didapatkan 243 sampel yang terdiri dari
142 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan 101 sampel yang memenuhi kriteria
eksklusi. Sampel yang diteliti adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi, yang
terdiri dari 90 pasien pada kelompok kortikosteroid dan 52 pasien pada kelompok
non-kortikosteroid. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok
kortikosteroid dengan kelompok non-kortikosteroid pada variabel lama perawatan,
derajat penyakit, manifestasi perdarahan, syok, periode bebas demam, trombosit hari
ke-6, trombosit hari ke-7, trombosit hari ke-8, selisih trombosit hari ke-8 dengan
kadar trombosit terendah, waktu di mana kadar trombosit mencapai >100.000
sel/mm
3
, hematokrit hari ke-5, hematokrit hari ke-7, hemoglobin hari ke-5,
hemoglobin hari ke-7, leukosit hari ke-5, leukosit hari ke-7, kebutuhan transfusi
darah, serta mual muntah. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok
kortikosteroid dengan kelompok non-kortikosteroid pada variabel kadar trombosit
hari ke-4 dan trombosit hari ke-5. Kadar trombosit hari ke-4 pada kelompok
kortikosteroid lebih rendah secara bermakna (68.415,38 ± 46.450,02 sel/mm
)
daripada kadar trombosit hari ke-4 pada kelompok non-kortikosteroid (103.961,50 ±
64.920,55 sel/mm
3
). Kadar trombosit hari ke-5 pada kelompok kortikosteroid lebih
rendah secara bermakna (50.106,67 ± 39.622,13 sel/mm
ix
3
) daripada kadar trombosit
hari ke-5 pada kelompok non-kortikosteroid (76.096,15 ± 53.553,80 sel/mm
). Tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada
variabel derajat penyakit.
KESIMPULAN. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kortikosteroid
dengan kelompok non-kortikosteroid pada variabel kadar trombosit hari ke-4 dan
trombosit hari ke-5. Kadar trombosit hari ke-4 pada kelompok kortikosteroid lebih
rendah secara bermakna (68.415,38 ± 46.450,02 sel/mm
3
) daripada kadar trombosit
hari ke-4 pada kelompok non-kortikosteroid (103.961,50 ± 64.920,55 sel/mm
).
Kadar trombosit hari ke-5 pada kelompok kortikosteroid lebih rendah secara
bermakna (50.106,67 ± 39.622,13 sel/mm
3
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]