PERAN PETUGAS LAPAS TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN HIV/AIDS PADA NARAPIDANA (Studi Kualitatif di Subseksi Bimkeswat Seksi Binadik Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Jember)
Abstract
Dekade terakhir ini, insidens IMS dan HIV/AIDS di berbagai negara di
seluruh dunia mengalami peningkatan yang cukup cepat. Menurut hasil survailens
Depkes RI tahun 2004 diketahui 24,5% dari jumlah narapidana dan tahanan di
Lapas/Rutan Propinsi DKI Jakarta terinfeksi HIV Sebuah penelitian yang dilakukan
kepada petugas lapas dan narapidana menemukan bahwa 50% petugas lapas dan
49,33% narapidana menyatakan kemungkinan terjadinya hubungan seks di Lapas dan
61,79% petugas lapas serta 56,17% narapidana menyatakan kemungkinan terjadinya
hubungan seks sesama jenis di Lapas Salah satu komponen lapas yang berpotensi
menjadi sumber informasi dan pencegahan (promosi kesehatan) khususnya IMS dan
HIV/AIDS pada narapidana yang mempunyai risiko tinggi adalah petugas lapas
Subseksi Bimkeswat yang bertugas memberikan pembimbingan, perawatan,
pelayanan kesehatan dan juga informasi khususnya informasi kesehatan kepada
narapidana terkait dengan IMS dan HIV/AIDS melalui kegiatan penyuluhan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik, tingkat
pengetahuan, sikap, dan peran petugas lapas terhadap pencegahan IMS dan
HIV/AIDS pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A
Kabupaten Jember. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan untuk mencari solusi bagi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A
Jember maupun institusi terkait untuk mengembangkan program dan intervensi yang
tepat dalam mencegah IMS dan HIV/AIDS di lingkungan lapas. Jenis penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Sampel diambil dengan menggunakan
teknik snowball. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan mengadakan
pemeriksaan keabsahan data yang ditujukan untuk melihat bagaimana karakteristik,
tingkat pengetahuan, sikap dan peran petugas lapas terhadap pencegahan IMS dan
HIV/AIDS pada narapidana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya pendidikan terakhir
petugas lapas adalah tingkat pendidikan tinggi (tamatan Sarjana) dan tingkat
pendidikan menengah (tamatan SMA/sederajat) dengan lama kerja > 15 tahun,
sehingga menjadikan petugas lapas semakin banyak pengalaman dalam dunia
kerjanya. Rata-rata pengetahuan petugas lapas tentang IMS dan HIV/AIDS berada
pada kategori sedang dan tinggi, dengan sikap mendukung terhadap IMS dan
HIV/AIDS. Secara umum petugas lapas memiliki peran yang baik dalam upaya
pencegahan IMS dan HIV/AIDS, namun dalam hal tertentu masih perlu ditingkatkan
lagi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pihak Lapas Kelas II-A Jember perlu
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang IMS dan HIV/AIDS bukan pada
petugas lapas bagian BIMKESWAT saja melainkan juga pada petugas lapas di tiaptiap
bagian,
menambah
petugas
penjagaan
serta
menyediakan
tenaga
konselor
tetap
di
lapas.
Selain itu, petugas lapas hendaknya lebih aktif dalam kegiatan VCT dan
meningkatkan pengawasan terhadap perilaku menyimpang pada narapidana. Begitu
juga narapidana, dengan penyuluhan tentang IMS dan HIV/AIDS diharapkan mampu
mengaplikasikan dalam kehidupannya dan menjaga kesehatan reproduksinya.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2256]