PENGARUH PASTA GIGI EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP JUMLAH KOLONI Streptococcus sp. PADA PLAK SUPRAGINGIVA; PENGARUH PASTA GIGI EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP JUMLAH KOLONI Streptococcus sp. PADA PLAK SUPRAGINGIVA
Abstract
Indonesia setiap tahunnya menghasilkan kulit buah kakao sebanyak 11.501 ton dan
jumlah tersebut masih akan meningkat (Sulastrianah dan Burhanuddin, 2007). Sampai saat
ini, kulit buah kakao merupakan limbah yang jumlahnya banyak dan belum optimal
manfaatnya. Angka limbah kulit buah kakao yang tinggi di wilayah Jember ini dirasa perlu
dikembangkan potensi tersebut agar dapat dimanfaatkan khususnya dalam bidang kedokteran
gigi sebagai bahan aktif pasta gigi ekstrak kulit buah kakao dan sebagai bahan dasar
pencegah penyakit gigi dan mulut. Kulit buah kakao memiliki kandungan berupa senyawa
aktif flavonoid yang memiliki peran sebagai antivirus, antioksidan dan anti bakteri yang
mampu berinteraksi dengan DNA bakteri. (Robinson, 1995).
Langkah pertama yang penting pada karies adalah pembentukan plak pada permukaan
gigi. Plak terdiri atas endapan-endapan gelatin dari glukan yang mempunyai berat molekul
tinggi dan tempat bakteri penghasil asam melekat pada gigi. Bakteri yang mula-mula
menghuni plak adalah jenis Streptococcus. Bakteri ini akan mengeluarkan gel ekstrasel
lengket yang dapat menjerat bakteri lainnya. Untuk mencegah terjadinya akumulasi plak
perlu dilakukan pengontrolan plak yang benar. Metode yang paling efektif adalah secara
mekanis dengan cara menyikat gigi dan ditambah pasta gigi. Penambahan bahan alami pada
pasta gigi diharapkan dapat menghambat pertumbuhan plak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pasta gigi yang mengandung
ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) 5% dan 10% terhadap jumlah koloni
bakteri Streptococcus sp. pada plak supragingiva.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post
test control group design. Subyek penelitian sebanyak 10 anak yang sesuai kriteria, pada hari
pertama diberi penyuluhan mengenai cara menyikat gigi yang benar. Pada hari pertama
subyek diinstruksikan menyikat gigi tanpa pasta yang dilanjutkan dengan menyikat gigi
dengan pasta gigi plasebo , hari kedua subyek diinstruksikan menyikat gigi dengan pasta gigi
yang mengandung ekstrak kulit buah kakao 5% dan hari ketiga subyek diinstruksikan menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung ekstrak kulit buah kakao 10%, dilanjutkan
dengan kumur air sebanyak 2 kali (masing-masing ±50 ml) dan 1 jam kemudian dilakukan
pengambilan sampel plak pada permukaan bukal M1 rahang atas. Sampel plak selanjutnya
diencerkan, diinokulasikan pada media streptococcus agar dan di inkubasi selama 24 jam
pada suhu 37° kemudian dihitung jumlah koloninya dengan colony counter , dilakukan
pengamatan dan data hasil penelitian dianalisis dengan uji parametrik one way ANOVA yang
kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD.
Hasil data penelitian menunjukkan bahwa subyek penelitian mengalami penurunan
jumlah koloni Streptococcus sp. setelah menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak kulit buah
kakao dibandingkan dengan pasta gigi plasebo. Jumlah koloni Streptococcus sp. pada
kelompok menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung ekstrak kulit buah kakao 5%
lebih tinggi daripada menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung ekstrak kulit buah
kakao 10%.
Dari hasil penelitian yaitu pasta gigi yang mengandung ekstrak kulit buah kakao
(Theobroma cacao L.) mampu menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. pada
plak supragingiva sehingga dapat digunakan sebagai bahan antikaries dalam pasta gigi . Pasta
gigi dengan kandungan ekstrak kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) 10% lebih efektif
dalam membunuh Streptococcus sp. dibandingkan ekstrak kulit buah kakao (Theobroma
cacao L.) 5%.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]