• Login
    View Item 
    •   Home
    • UNDERGRADUATE THESES (Koleksi Skripsi Sarjana)
    • UT-Faculty of Culture (Cultural Knowledge)
    • View Item
    •   Home
    • UNDERGRADUATE THESES (Koleksi Skripsi Sarjana)
    • UT-Faculty of Culture (Cultural Knowledge)
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    MASA TRANSISI POLITIK DI INDONESIA TAHUN 1998-1999

    Thumbnail
    View/Open
    Agung Setiawan_001.pdf (40.93Kb)
    Date
    2014-01-24
    Author
    Agung Setiawan
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Sepanjang 32 tahun Orde Baru di bawah kendali rezim Soeharto, memang diakui keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan ekonomi dan menciptakan kestabilan politik. Keberhasilan pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan ekonomi telah memberikan perluasan kelas menengah di Indonesia, menjamin distribusi pendapatan dan meningkatkan pendidikan masyarakat Indonesia. Namun demikian, keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru kurang diimbangi dengan pembangunan mental para pelaksana pemerintahan (birokrasi), aparat keamanan, maupun pelaku ekonomi (pengusaha/konglomerat). Klimaksnya adalah pada pertengahan tahun 1997, di mana korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sudah menjadi budaya (bagi penguasa, aparat dan pengusaha). Kondisi perekonomian bangsa Indonesia hancur berantakan diterpa badai krisis moneter dan ekonomi yang akhirnya bermetamorfosis menjadi krisis politik. Implikasi krisis ekonomi dan moneter serta kegagalan pemerintah dalam merespon dan mengatasi krisis tersebut membuat legitimasi pemerintah Soeharto hancur berantakan. Bahkan lebih parah lagi, rezim ini tidak lagi dipercaya oleh rakyat untuk dapat mengatasi persoalan-persoalan ekonomi, dan akibatnya berbagai gerakan delegitimasi Orde Baru bermunculan. Akibat eskalasi gerakan delegitimasi menuntut Soeharto mengundurkan diri semakin meluas, akhirnya, pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan berhenti sebagai presiden, dan dengan menggunakan pasal 8 UUD 1945 Soeharto segera mengatur Wakil Presiden B.J. Habibie disumpah sebagai penggantinya di hadapan Mahkamah Agung, karena DPR tidak dapat berfungsi dan gedungnya diambil alih oleh mahasiswa
    URI
    http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23401
    Collections
    • UT-Faculty of Culture (Cultural Knowledge) [2291]

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
     

     

    Browse

    All of RepositoryCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    LoginRegister

    Context

    Edit this item

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository