PENGARUH SIDESTREAM SMOKE PADA KADAR SGPT TIKUS WISTAR JANTAN (Rattus norvegicus)
Abstract
Indonesia merupakan negara konsumsi rokok terbesar ketiga setelah China dan
India. Jumlah perokok Indonesia bertambah dalam 9 tahun terakhir. Sebanyak 25 % zat
berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 %
beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya. Asap rokok
di udara bebas terdiri dari mainstream smoke, exhaled mainstream smoke, dan
sidestream smoke. Jenis sidestream smoke ini memiliki lebih banyak zat-zat berbahaya
daripada jenis asap yang lainnya. Setiap asap rokok yang terhirup mengandung 1015-1018
molekul oksidan radikal bebas. Radikal bebas asap rokok ini merupakan zat toksik bagi
tubuh yang berpotensi merusak membran sel, tidak terkecuali sel hati. Hati merupakan
organ tunggal dalam tubuh yang kompleks dan mempunyai peran penting dalam
metabolisme tubuh demi kelangsungan fungsi tubuh. Hati sangat rentan terhadap
kerusakan terutama oleh asap rokok. Asap rokok memicu terjadinya stres oksidatif. Stres
oksidatif merupakan suatu kondisi gangguan keseimbangan antara oksidan dan
antioksidan yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Tingkat kerusakan pada hati
biasanya dilihat dengan parameter biokimiawi hati, salah satunya enzim
aminotransferase yang sering digunakan dalam diagnosis klinik kerusakan sel hati ada
dua macam yaitu SGOT (Serum Glutamic-Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT
(Serum Glutamic-Pyruvic Transaminase). Enzim SGPT ini lebih spesifik terhadap
terjadinya kerusakan pada hati. Namun penelitian pengaruh sidestream smoke pada hati
belum banyak dilakukan.
Rancangan penelitian ini menggunakan metode the post test only control group
design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tikus penelitian galur
murni (Rattus norvegicus) sebanyak 3 ekor untuk tiap kelompok perlakuan. Ada 2
viii
kelompok yaitu kontrol dan perlakuan. Pada kelompok perlakuan, hewan coba
dimasukkan ke dalam acrylic chamber dan diberi paparan sidestream smoke selama 180
menit/hari dengan setiap 5 menit paparan diberi waktu jeda (tanpa paparan) selama 3
menit, dan dilakukan selama 5 hari, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberi
perlakuan/paparan, pada hari ke-6 dilakukan dekapitasi dan pengambilan darah secara
intrakardial. Sampel darah dilakukan penghitungan nilai SGPT di Laboratorium Klinik
Parahita Diagnostic Center Jember.
Data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas kemudian
dianalisa menggunakan analisis parametrik T-test untuk mengetahui pengaruh kadar
SGPT antara kelompok control dan perlakuan setelah dipapar sidestream smoke, dengan
derajat kemaknaan p < 0,05 (α = 95%). Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kadar SGPT kelompok kontrol dan perlakuan yaitu
0,072 (P<0,05). Hal ini disebabkan karena sidestream smoke yang banyak mengandung
radikal bebas ini tidak sampai menyebabkan kerusakan (nekrosis) pada organela sel
hepatosit sehingga kadar enzim transaminase/SGPT masih tersekresi dalam jumlah
normal dan tidak terjadi peningkatan. Selain itu, paparan sidestream smoke pada hewan
coba ini kemungkinan sudah mengalami tahap kronis. Sedangkan peningkatan kadar
SGPT terjadi pada keadaan akut. Hewan coba pada kelompok perlakuan mengalami
keradangan dan terjadi pembesaran hati (hepatomegali) akan tetapi tidak terjadi nekrosis
pada hepatosit.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2086]