dc.description.abstract | Naskah drama Kartini Berdarah karya Amanatia Junda Solikhah bercerita
tentang perjalanan hidup seorang remaja yang menderita kepribadian ganda akibat
kekejaman dunia eksternalnya. Naskah drama ini dipilih sebagai bahan kajian
karena naskah tersebut menggugah setiap pribadi untuk merefleksikan segala
tindakannya selama ini apakah sudah mencerminkan emansipasi atau tidak.
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan: (1) bagaimanakah unsur struktural
naskah drama Kartini Berdarah karya Amanatia Junda Solikhah? dan (2)
bagaimanakah kepribadian ganda tokoh Kartika dalam naskah drama Kartini
Berdarah karya Amanatia Junda Solikhah?. Teori yang digunakan unutuk
menjawab rumusan masalah adalah teori structural sastra, teori psikoanalisis, dana
teori psikologi abnormal (kepribadian ganda).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah drama Kartini Berdarah dan data
dalam penelitian ini berupa dialog-dialog, wawancang, dan kramagung yang
memaparkan unsur struktural dan kepribadian ganda tokoh Kartika dalam naskah
drama Kartini Berdarah karya. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
dokumentasi sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik deskriptifinterpretatif.
Penelitian ini mengahasilkan beberapa temuan yaitu unsur-unsur intrinsik
yang meliputi tema (mayor dan minor), tokoh (utama dan bawahan) dan
penokohan (bulat dan datar), alur, latar, wawancang dan kramagung, konflik, dan
tipe drama. Tema dalam naskah drama kartini berdarah berbicara mengenai protes
kartini terhadapa perempuan masa kini yang telah menyalahi emansipasi.
Kemudian, tokoh utama dalam naskah drama Kartini Berdarah yaitu, Kartika dan
Kartini. Tokoh-tokoh yang termasuk tokoh tambahan yaitu Resnaga, Lena, dan
Windi digambarkan sebagai tokoh berwatak datar. Kemudian tokoh bawahan
lainnya yang digambarkan memiliki watak bulat adalah Bu Sartika, Malvin, dan
Friska. Latar dalam naskah drama Kartini Berdarah terdiri dari latar waktu yaitu,
pagi,siang, sore, malam hari. Seluruh latar waktu penuh dengan konflik-konflik.
Latar tempat peristiwa terjadi adalah di kamar Kartika dan ruang kelas. Cermin
adalah latar alat yang digunakan sebagai tempat keluar masuk tokoh Kartika.
Selanjutnya, latar kehidupan sosial adalah latar kehidupan di daerah perkotaan
yang penuh dengan kebebasan dan tuntutan sehingga menjadi salah satu latar
belakang timbulnya konflik antar tokohnya. Konflik dalam naskah drama Kartini
Berdarah meliputi konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik muncul antara
Kartika dengan mamanya yang penuntut dan over protective, Kartika dengan
teman-temannya yang senang bertindak kasar terhadapnya, dan Kartika dengan
Malvin karena telah menolak Kartika dan mempermalukannya, peristiwa pembunuhan antara Windi dan Lena dengan sosok berjubah hitam. Alur yang
digunakan adalah alur maju yang berawal dari konflik-konflik yang dihadapi
Kartika sampai pada penyelesaian cerita yang ditandai dengan tindakan bunuh diri
tokoh utama. Wawancang ditulis dengan huruf lepas sedangkan kramagung ditulis
di dalam tanda kurung dengan huruf miring. Wawancang dan kramagung selain
mendeskripsikan latar tempat juga mendeskripsikan kemunculan tokoh Kartini.
Tipe drama naskah drama Kartini Berdarah adalah berjenis drama tragedi karena
ada tokoh yang meninggal dalam cerita tersebut. Masing-masing unsur saling
terkait membentuk kesatuan makna tentang protes R. A Kartini.
Kedua, kajian terhadap kepribadian ganda tokoh Kartika membahas
mengenai penyebab dan bentuk gangguan jiwa kepribadian ganda yang dialami
tokoh Kartika. Munculnya kepribadian ganda disebabkan oleh seringnya
pengaktifan mekanisme pertahanan diri berupa represi, fiksasi, menarik diri, dan
fantasi. Represi dapat di gambarkan sebagai usaha menekan kejadian-kejadian
yang tidak mengenakkan ke dalam alam bawah sadar. Fiksasi merupakan proses
terhentinya perkembangan individu pada suatu tahap perkembangan karena tahap
selanjutnya terlalu banyak ancaman. Menarik diri adalah suatu sikap yang
membatasi diri dari interaksi dengan orang lain Selanjutnya, fantasi adalah
tindakan berkhayal sebagai bentuk pelarian diri dari dunia eksternal individu yang
penuh masalah. Bentuk kepribadian ganda pada Kartika adalah munculnya satu
pribadi lain dalam diri Kartika yaitu pribadi Kartini. Munculnya pribadi Kartini
disebabakan tokoh Kartika sangat mengidolakan Kartini dan berharap
mendapatkan pembelaan dari Kartini atas kesulitan hidup yang ia hadapi.
Kemudian, bentuk pembelaan yang diberikan oleh Kartini berupa tindakan
pembunuhan terhadap teman-teman Kartika yang telah mneyalahgunakan
emansipasi.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan: (1) unsur struktural
yang mencakup tema, penokohan dan perwatakan, latar, alur, konflik, wawancang
dan kramagung, tipe drama yang semua unsur tersebut saling mendukung untuk
mencapai kepaduan makna. (2) faktor penyebab kepribadian ganda yaitu
seringnya penggunaan mekanisme pertahanan diri berupa represi, fiksasi, menarik
diri, dan fantasi akibat kondisi eksternal individu yang tidak mendukung dan
bentuk kepribadian ganda tokoh Kartika berupa munculnya pribadi Kartini dalam
diri Kartika.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap naskah drama
Kartini Berdarah karya Amanatia Junda Solikhah, peneliti menyarankan:
a. program studi PBSI, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif
dalam pengembangan materi apresiasi drama.
b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau
pertimbangan untuk mengadakan penelitian yang sejenis dalam pembahasan
yang lebih luas. | en_US |