MANTRA DALAM TRADISI “NGELUKAT” MASYARAKAT USING BANYUWANGI
View/ Open
Date
2014-01-24Author
MANTRA DALAM TRADISI “NGELUKAT” MASYARAKAT USING BANYUWANGI
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebudayaan merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu bentuk
budaya masyarakat yang masih dilestarikan adalah upacara ngelukat pada masyarakat
Using yang disertai dengan penuturan mantra di dalamnya.Upacara ngelukat
dilaksanakan oleh masyarakat Using sebelum acara pernikahan. Hal ini diyakini dapat
membebaskan seseorang yang akan menikah dari ancaman Batara Kala. Sementara
itu, dalam upacara ngelukat terdapat mantra-mantra yang telah diwariskan secara
turun-temurun. Alasan pemilihan mantra sebagai bahan kajian dalam penelitian ini
karena mantra dalam upacara ngelukat mempunyai keunikan tersendiri yaitu
dituturkan dalam bentuk tembang, mantra-mantra dalam upacara ngelukat tersusun
atas unsur-unsur yang membangun kewacanaan mantra. Pada dasarnya fungsi mantra
dalam upacara ngelukat adalah sebagai alat penyampaian keinginan hati pembaca
mantra agar semua hal yang diinginkan dapat tercapai dan terlaksana dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan
yaitu (1) bagaimanakah prosesi upacara ngelukat dalam masyarakat Using
Banyuwangi? 2) bagaimanakah struktur kewacanaan mantra upacara ngelukat dalam
masyarakat Using Banyuwangi? 3) bagaimanakah fungsi mantra upacara ngelukat
dalam masyarakat Using Banyuwangi? dan 4) bagaimanakah pewarisan mantra
ngelukat dalam masyarakat Using Banyuwangi?. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan (1) tahap-tahap pelaksanaan upacara ngelukat, (2) struktur
kewacanaan mantra, (3) fungsi mantra upacara ngelukat, dan (4) pewarisan mantra.Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Singojuruh, Rogojampi, dan
Banyuwangi kota. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode
pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan wawancara. Data dalam
penelitian ini berupa penuturan mantra yang diperoleh dari dalang ngelukat.
Pengambilan data dilaksanakan tanggal 20 juli 2011 dan 22 juli 2011. Untuk
menganalisis data dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu penerjemahan, reduksi
data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan verifikasi temuan.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah mantra yang dituturkan dalam upacara
ngelukat ada enam mantra. Mantra tersebut meliputi, mantra kidung rumekso ing
wengi, memohon rejeki, mundhut tirto, mandi suci, sanak papat limo badhan, dan
mantra kewibawaan. Mantra-mantra dalam upacara ngelukat membentuk struktur
kewacanaan mantra yang terdiri dari unsur pembuka, inti dan unsur penutup.
Pembuka dalam mantra ngelukat yaitu menyebutkan nama allah dengan pembacaan
basmallah Bismillahirohmanirohim yang mempunyai arti dengan menyebut nama
Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Dengan membaca basmallah,
pembaca mantra meyakini prosesi upacara dapat berjalan dengan lancar atas
kehendak Allah SWT. Prosesi upacara ngelukat diawali dengan pembacaan mantra
kidung rumekso ing wengi yang dipimpin oleh dalang ngelukat. Ada pun fungsi
mantra ngelukat yaitu, berisi permohonan kepada Allah SWT seperti, menolak balak,
permohonan berkah kepada Allah, dan pelestarian budaya. Selanjutnya yaitu, petuah
dari dalang ngelukat yang berisi tentang nasihat-nasihat agar anak yang dilukat
menjadi anak yang berbakti terhadap kedua orang tua. Selanjutnya, yaitu selamatan
yang diikuti oleh kerabat maupun tetangga. Terakhir, yaitu acara siraman yang
diikuti oleh keluarga terutama orang tua anak yang dilukat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan diadakannya upacara ngelukat
yang disertai dengan penuturan mantra setiap satu kali dalam seumur hidup tersebut
masyarakat Using menaruh harapan besar bahwa keluarga mereka selalu dilindungi
oleh Allah SWT dan terhindar dari gangguan makhluk halus.