Studi Nilai Hambatan Kawat Penghantar pada Berbagai Variasi Bentuk, Silvia Milasanti Maharani, 070210102002
Abstract
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh George Simon Ohm, perubahan
hambatan kawat (R) suatu penghantar sangat bergantung pada tiga hal yaitu hambatan
jenis kawat (ρ), panjang kawat (ℓ), dan luas penampang kawat (A). Selama ini
eksperimen yang pernah dilakukan oleh mahasiswa program studi fisika FKIP
Universitas Jember untuk mengetahui perubahan besar hambatan kawat 𝑅 terhadap
ketiga faktor tersebut hanya sebatas menggunakan variabel penelitian berupa kawat
lurus dengan panjang dan diameter tertentu. Namun mahasiswa belum pernah
mencoba melakukan eksperimen menggunakan variabel penelitian berupa kawat
dengan bentuk yang bervariasi . Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya perubahan nilai hambatan kawat penghantar pada
berbagai variasi bentuk.
Bentuk kawat yang diteliti adalah kawat tembaga berukuran sama (yang dijual
di pasaran) dengan tiga variasi bentuk, yaitu berbentuk spiral, zig-zag 90o dan zig-zag
60o. Ketiga bentuk tersebut dibandingkan nilai hambatannya dengan hambatan kawat
lurus panjang (tanpa modifikasi bentuk apapun). Peneliti menggunakan rangkaian
jembatan wheatstone untuk mengukur nilai hambatan kawat penghantar yaitu dengan
menghubungkan kawat penghantar pada sumber tegangan dan dua buah resistor tetap
serta sebuah resistor variabel. Selanjutnya sebagai pembanding hasil untuk melihat
tingkat keakuratan hasil pengukuran hambatan kawat berdasarkan eksperimen
(Jembatan Wheatsone) dihitung pula resistansi/hambatan (𝑅) kawat tersebut secara
teori. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa nilai hambatan pada kawat
penghantar berdiameter sama yang memiliki variasi bentuk mengalami kenaikan
seiring perubahan bentuk kawat penghantar terhadap nilai hambatan kawat berbentuk
lurus panjang. Pada kawat penghantar berdiameter (d) 0,4 mm, kawat berbentuk
spiral mengalami kenaikan nilai R sebesar 33% disusul dengan kenaikan nilai R
kawat berbentuk zig-zag 90o sebesar 63% dan zig-zag 60o dengan kenaikan nilai R
sebesar 79%. Hal serupa juga terjadi pada kawat berdiameter (d) 0,8 mm dan 1,2 mm.
Pada kawat berdiameter (d) 0,8 mm nilai R kawat meningkat sebesar 23% untuk
kawat berbentuk spiral, 44% untuk kawat berbentuk zig-zag 90o, dan 82% untuk
kawat berbentuk zig-zag 60o. Sedangkan pada kawat berdiameter (d) 1,2 mm nilai R
kawat meningkat sebesar 23% untuk kawat spiral, 45% untuk kawat zig-zag 90o, dan
82% untuk kawat zig-zag 60o. Sedangkan pada kawat penghantar berbentuk sama
yang memiliki variasi ukuran diameter, nilai R kawat mengalami penurunan seiring
perubahan ukuran diameter kawat penghantar sesuai dengan teori 𝑅 = 𝜌 ℓ
𝐴
. Pada
kawat berbentuk lurus panjang, jika R kawat berdiameter (d) 0,4 mm dijadikan acuan
pembanding, maka pada kawat berdiameter (d) 0,8 mm dan 1,2 mm mengalami
penurunan sebesar 24% dan 21%. Hal serupa juga terjadi pada kawat berbentuk
spiral, dimana kawat berdiameter (d) 0,8 mm dan 1,2 mm mengalami penurunan
sebesar 27% dan 24%. Pada kawat berbentuk zig-zag 90o, kawat berdiameter 0,8 mm
dan 1,2 mm mengalami penurunan sebesar 29% dan 26%. Dan pada kawat berbentuk
zig-zag 60o, kawat berdiameter (d) 0,8 mm dan 1,2 mm mengalami penurunan
sebesar 35% dan 32%.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada perubahan nilai hambatan kawat
penghantar pada berbagai variasi bentuk. Semakin banyak variasi bentuk dan semakin
kecil sudut tekukan semakin besar perubahan nilai hambatannya karena akan semakin
banyak cacat kristal pada daerah-daerah yang menekuk tadi. Ini mengakibatkan
mobilitas elektron (𝜇) semakin kecil karena semakin sulit elektron melintasi kawat
penghantar tersebut sehingga konduktivitas listriknya juga semakin kecil.