Show simple item record

dc.contributor.authorSilfiyah
dc.date.accessioned2014-01-24T01:47:13Z
dc.date.available2014-01-24T01:47:13Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM082210101092
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23069
dc.description.abstractSalah satu tanaman yang diketahui berpotensi sebagai antikanker secara empiris adalah Phyllanthus acidus L atau sering kita kenal dengan tanaman ceremai. Ceremai merupakan salah satu dari 22 tanaman obat Indonesia yang digunakan sebagai obat antikanker. Beberapa penelitian antikanker tanaman ceremai telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak metanol akar ceremai bersifat sitotoksik terhadap larva udang Artemia salina Leach harga LC50 34,79 μg/ml. Penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak metanol akar ceremai pada dosis 300 mg/kgBB mampu menghambat pertumbuhan kanker serta menyebabkan terjadinya 40% nekrosis sel kanker fibrosarkoma mencit yang induksi benzo (a)piren. Kandungan ceremai adalah alkaloid, tanin, flavonoid, lignin, fenolik, dan terpenoid, selain itu juga mengandung vitamin C. Selain golongan senyawa alkaloid, golongan senyawa flavonoid, steroid dan terpenoid juga berfungsi sebagai antikanker. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan uji toksisitas kulit batang ceremai dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST). Tujuan dari penelitian ini pertama adalah mengetahui toksisitas ekstrak nheksana, klorofom, dan metanol kulit batang ceremai terhadap Artemia salina dengan metode BST. Kedua mengetahui ekstrak yang memiliki toksisitas tertinggi. Ketiga mengetahui golongan senyawa pada ekstrak kulit batang ceremai yang memiliki efek toksik paling tinggi. Serbuk simplisia kulit batang ceremai sebanyak 250 g diekstraksi secara bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksana, kloroform dan metanol menghasilkan rendemen berturut-turut yaitu 1,47%, 1,14 %, dan 10,06 %. Ketiga ekstrak kemudian diuji toksisitas terhadap Artemia salina dengan metode BST. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode probit sehingga dihasilkan nilai LC50. Nilai LC50 yang diperoleh dari masing-masing ekstrak kemudian dianalisis dengan uji Kruskal-wallis, apabila ada perbedaan bermakna maka dilanjutkan dengan uji Mann-whitney. Skrining fitokimia secara kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan pada ekstrak yang mempunyai nilai LC50 terendah. Skrining fitokimia secara KLT bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak kloroform terutama kandungan alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ekstrak n-heksana, kloroform, dan etanol kulit batang ceremai memiliki efek toksik terhadap A. salina dengan nilai LC50 rata-rata berturut-turut sebagai berikut 88,337 ppm, 31,659 ppm, 178,683 ppm. Berdasarkan Nilai LC50 diketahui bahwa ekstrak kloroform bersifat paling toksik. Hasil uji Kruskal-wallis, diperoleh nilai signifikan 0,024. Oleh karena nilai signifikan < 0,05, maka menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna minimal satu jenis ekstrak berdasarkan nilai LC50. Hasil uji Mann-whitney menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara ekstrak n-heksana-kloroform, dan ekstrak kloroform-metanol kulit batang ceremai. Hasil uji skrining fitokimia ekstrak kloroform kulit batang ceremai diduga mengandung golongan senyawa flavonoid dan terpenoid.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries; 082210101092;
dc.subjectUji Toksisitas Ekstrak N-Heksanaen_US
dc.titleUji Toksisitas Ekstrak N-Heksana, Kloroform, Metanol Kulit Batang Ceremai (Phyllanthus acidus. L) terhadap Artemia salina dengan Metode BST; Silfiyah; 082210101092en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record