Show simple item record

dc.contributor.authorIrfan Hadiwijaya
dc.date.accessioned2014-01-24T01:46:47Z
dc.date.available2014-01-24T01:46:47Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM062010101048
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23067
dc.description.abstractLidah buaya merupakan tanaman obat yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pemanfaatan lidah buaya dalam pengobatan oleh karena lidah buaya mengandung saponin yang mempunyai kemampuan membunuh kuman dan antiseptik sehingga sangat efektif mengobati luka terbuka. Selain itu, juga terdapat senyawa kompleks kuinon dan antrakuinon sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit (analgesik). Dalam gel lidah buaya terkandung lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam kulit, sehingga gel akan menahan hilangnya cairan tubuh dan permukaan kulit. Selain itu, dalam kandungan lidah buaya juga terdapat salisilat yang berfungsi sebagai anti inflamasi yaitu dengan menghambat pelepasan asam arakhidonat dengan jalan memblok jalur. Asam arakhidonat sendiri dibutuhkan untuk pembentukan prostaglandin dan leukotrin yang bertindak sebagai mediator setiap proses radang akut. Pada umumnya, radang akut ini ditandai dengan penimbunan neutrofil PMN dalam jumlah yang banyak. Dengan demikian, adanya hambatan pada pembentukan prostaglandin dan leukotrin dapat menekan jumlah neutrofil PMN pada peradangan akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemberian gel lidah buaya pada proses penyembuhan luka terutama efek anti inflamasinya karena kandungan senyawa penting yaitu salisilat yang terdapat di dalamnya. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Pada penelitian ini, digunakan 6 kelompok perlakuan dengan jumlah sampel lima ekor. Tiap kelompok hewan coba adalah tikus putih galur wistar jantan dengan kriteria yang telah ditentukan. Semua kelompok diberi luka sayat pada paha kanan sedalam 5 mm dan sepanjang 2 cm. Enam kelompok tersebut dibagi menjadi dua yaitu tiga kelompok kontrol yang diberi luka sayat tanpa diberi gel lidah buaya secara topikal sedangkan tiga kelompok lainnya adalah kelompok perlakuan yang diberi luka sayat dan diberi gel lidah buaya secara topikal sebanyak 2 kali sehari. Masing-masing kelompok kontrol dikorbankan pada hari ke-1, ke-3 dan ke-7 setelah perlukaan hari ke-0. Hasil penelitian dianalisis dengan uji One Way Anova dengan tingkat kemaknaan 95%. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata jumlah neutrofil PMN pada kelompok yang diberi gel lidah buaya secara topikal memiliki jumlah neutrofil PMN yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak diberi lidah buaya secara topikal. Hal ini berarti bahwa pada kelompok perlakuan terjadi penurunan jumlah neutrofil PMN pasca perlukaan pada paha tikus. Migrasi neutrofil PMN baik untuk kelompok kontrol dan perlakuan muncul pada hari ke-1, meningkat pada hari ke-3, dan mulai menurun pada hari ke-7. Hal ini sesuai karena neutrofil merupakan sel radang akut, dan tahap keradangan akut dimulai saat terjadinya luka sampai hilangnya faktor yang memperlama keradangan yaitu berkisar antara 3-5 hari. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi penurunan jumlah neutrofil PMN pada sediaan histologi jaringan luka tikus putih galur wistar jantan setelah pemberian gel lidah buaya topikal pasca perlukaan pada ekor tikus.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries062010101048;
dc.subjectPemberian Gel, Lidah Buaya, Topikal , Migrasi Sel Neutrofilen_US
dc.titlePENGARUH PEMBERIAN SECARA TOPIKAL TERHADAP MIGRASI SEL PEMBERIAN GEL LIDAH BUAYA (ALOE VERA SECARA TOPIKAL TERHADAP MIGRASI SEL NEUTROFIL POLIMORFONUKLEAR ( POLIMORFONUKLEAR (PMN) PADA LUKA SAYAT TIKUS WISTAR JANTANen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record