dc.description.abstract | Lidah buaya merupakan tanaman obat yang cukup dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Pemanfaatan lidah buaya dalam pengobatan oleh karena lidah buaya
mengandung saponin yang mempunyai kemampuan membunuh kuman dan
antiseptik sehingga sangat efektif mengobati luka terbuka. Selain itu, juga terdapat
senyawa kompleks kuinon dan antrakuinon sebagai antibiotik dan penghilang rasa
sakit (analgesik). Dalam gel lidah buaya terkandung lignin yang mampu menembus
dan meresap ke dalam kulit, sehingga gel akan menahan hilangnya cairan tubuh dan
permukaan kulit. Selain itu, dalam kandungan lidah buaya juga terdapat salisilat yang
berfungsi sebagai anti inflamasi yaitu dengan menghambat pelepasan asam
arakhidonat dengan jalan memblok jalur. Asam arakhidonat sendiri dibutuhkan untuk
pembentukan prostaglandin dan leukotrin yang bertindak sebagai mediator setiap
proses radang akut. Pada umumnya, radang akut ini ditandai dengan penimbunan
neutrofil PMN dalam jumlah yang banyak. Dengan demikian, adanya hambatan pada
pembentukan prostaglandin dan leukotrin dapat menekan jumlah neutrofil PMN pada
peradangan akut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemberian gel lidah buaya
pada proses penyembuhan luka terutama efek anti inflamasinya karena kandungan
senyawa penting yaitu salisilat yang terdapat di dalamnya. Metode penelitian yang
digunakan adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di laboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Pada penelitian ini, digunakan
6 kelompok perlakuan dengan jumlah sampel lima ekor. Tiap kelompok hewan coba adalah tikus putih galur wistar jantan dengan kriteria yang telah ditentukan. Semua
kelompok diberi luka sayat pada paha kanan sedalam 5 mm dan sepanjang 2 cm.
Enam kelompok tersebut dibagi menjadi dua yaitu tiga kelompok kontrol yang diberi
luka sayat tanpa diberi gel lidah buaya secara topikal sedangkan tiga kelompok
lainnya adalah kelompok perlakuan yang diberi luka sayat dan diberi gel lidah buaya
secara topikal sebanyak 2 kali sehari. Masing-masing kelompok kontrol dikorbankan
pada hari ke-1, ke-3 dan ke-7 setelah perlukaan hari ke-0. Hasil penelitian dianalisis
dengan uji
One Way Anova dengan tingkat kemaknaan 95%.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata jumlah neutrofil PMN
pada kelompok yang diberi gel lidah buaya secara topikal memiliki jumlah neutrofil
PMN yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak diberi lidah buaya secara
topikal. Hal ini berarti bahwa pada kelompok perlakuan terjadi penurunan jumlah
neutrofil PMN pasca perlukaan pada paha tikus. Migrasi neutrofil PMN baik untuk
kelompok kontrol dan perlakuan muncul pada hari ke-1, meningkat pada hari ke-3,
dan mulai menurun pada hari ke-7. Hal ini sesuai karena neutrofil merupakan sel
radang akut, dan tahap keradangan akut dimulai saat terjadinya luka sampai
hilangnya faktor yang memperlama keradangan yaitu berkisar antara 3-5 hari.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi penurunan jumlah neutrofil PMN
pada sediaan histologi jaringan luka tikus putih galur wistar jantan setelah pemberian
gel lidah buaya topikal pasca perlukaan pada ekor tikus. | en_US |