Show simple item record

dc.contributor.authorYaumul Afifah
dc.date.accessioned2014-01-24T00:50:51Z
dc.date.available2014-01-24T00:50:51Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM060210402145
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/22949
dc.description.abstractBahasa merupakan alat yang paling penting sebagai media komunikasi. Bahasa juga digunakan oleh individu untuk menyampaikan informasi, baik berupa ide, harapan, kritikan maupun opini untuk membentuk suatu wacana tertentu di dalam masyarakat. Wacana dapat berupa percakapan lisan (wacana lisan) maupun teks tertulis yang bersifat kontekstual (wacana tulis). Wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal (ujaran atau tuturan). Ujaran pada wacana lisan umumnya digunakan oleh juru kampanye untuk mendapatkan dukungan politik yang sebanyakbanyaknya dari masyarakat. Kampanye merupakan sebuah tindakan politik untuk pencapaian dukungan. Penggunaan bahasa dalam kampanye digunakan untuk mempengaruhi, mendebat dan memperoleh simpati dari masyarakat. Bahasa kampanye juga digunakan oleh SBY pada pemilu presiden (pilpres) 2009 dalam bentuk wacana pidato. SBY mengemas wacana kampanye melalui manajemen sosial politik dan wawasan kebangsaan yang tersistem untuk kepentingan politik pencitraannya. Tren politik pencitraan akan terus berkembang seiring dengan kebutuhan politis di Indonesia. Untuk itulah, analisis wacana kampanye SBY pada pilpres 2009 menjadi menarik untuk diteliti. Analisis wacana adalah kajian mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Salah satu unsur konteks yang berperan penting pada retorika wacana kampanye SBY adalah simbol. Penggunaan simbolisme pada kampanye Susilo Bambang Yudhoyono seperti logo, warna yang digunakan oleh SBY dan koleganya, maupun jargon-jargon yang identik dengan wacana kampanye, merupakan tanda-tanda yang cukup strategis untuk menguatkan objek yang ditampilkan SBY. Permasalahan yang muncul pada retorika wacana kampanye SBY pada pilpres 2009 adalah (1)bagaimanakah konteks yang melingkupi wacana kampanye SBY pada Pilpres 2009? (2)bagaimanakah simbol-simbol yang digunakan untuk menguatkan wacana kampanye SBY pada Pilpres 2009? dan (3) bagaimanakahragam bahasa dan gaya bahasa yang mendukung pengemasan wacana kampanye SBY pada Pilpres 2009? Berdasarkan rumusan permasalahan,tujuan dari penelitian ini adalah untukmemperoleh deskripsi tentang konteks yang melingkupi wacana kampanye SBY pada pilpres 2009,simbol-simbol yang digunakan untuk menguatkan wacana kampanye SBY dalam Pilpres 2009 serta mendeskripsikanragam bahasa dan gaya bahasa yang mendukung pengemasan wacana kampanye SBY pada Pilpres 2009. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen berupa video pidato politik SBY pada kampanye Pilpres 2009. Analisis data dilakukan dengan menghimpun dan mengklasifikasi data, memberikan kode, dan menginterpretasikan data. Hasil analisis data menunjukkan terdapat konteks epistemis perpolitikan, konteks epistemis sosial budaya, konteks epistemis perekonomian dan konteks epistemis pertahanan keamanan dalam retorika wacana kampanye Soesilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan presiden (pilpres) 2009. Selain itu terdapat konteks fisik yang ditemukan dalam retorika wacana kampanye SBY pada pilpres 2009 yang meliputi tempat penyelenggaraan kampanye, pembicara dan pendengar dalam kampanye, suasana kampanye dan pengaruh situasi dan kondisi kampanye SBY pada pilpres 2009 terhadap bahasa yang digunakan. Selain konteks, juga ditemukan simbol-simbol yang ada pada wacana kampanye Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan presiden 2009 yaitu simbol warna, simbol logo, dan simbol jargon. Warna merah, putih dan biru menjadi dominasi simbolisme warna yang digunakan oleh SBY dalam kampanye Pilpres 2009. Terdapat lambang bintang segitiga yang merupakanfilosofi partai Demokrat yang berdiri di atas tiga unsur, yaitu RAKYAT, PEMIMPIN dan TUHAN.Selain pemaknaan lambang bintang segitiga yang sesuai dengan AD/ART Partai Demokrat, lambang bintang segitiga tidak lepas dari javanologi. Terdapat tiga titik sudut bintang yang identik dengan sesanti trisula wedha pada serat Jongko Jayabaya. Makna sesanti trisula wedha bukan senjata dalam arti sebenarnya. Secara konotatif, tiga kekuatan yang membuat seorang pemimpin disegani segenap rakyatnya harus memiliki tiga sifat-sifat kepemimpinan seperti benar, lurus, jujur (bener, jejeg, jujur) seperti ix yang diungkapkan dalam tembang-tembang ramalan Jayabaya. Hal ini selaras dengan tiga sudut bintang yang melambangkan sifat-sifat kepemimpinan, dalam hal ini adalah harapan akan sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh Soesilo Bambang Yudhoyono. Analisis data ragam bahasa dalam wacana kampanye SBY pada pilpres 2009, terbagi menjadi analisis ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa populer.Terdapat 129 ragam bahasa ilmiah dan 85 ragam bahasa populer dalam retorika wacana kampanye SBY pada pemilihan presiden 2009. Selain itu pada analisis data gaya bahasa digunakan majas (gaya bahasa) asosiasi, penegasan dan pertautan.terdapat 5 jenis gaya bahasa klimaks, 7 gaya bahasa antiklimaks, 36 gaya bahasa repetisi yang terdiri dari beberapa jenis repetisi (epizeuksis, mesodiplosis, anadiplosis, epanalepsis, anafora, epistrofa, paralelisme), dan 1 gaya bahasa antitesis. Hal-hal yang disarankan dalam penelitian ini antara lain (1)bagi siswa, hendaknya dalam menggunakan media pembelajaran teks pidato juga mempelajari ilmu analisis dasar teks pidato, sebagai embrio dari ilmu analisis wacana(2) bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dalam mengembangkan objek kajian ini selain memperdalam ilmu analisis wacana (teks dan konteks), juga memperdalam ilmu retorika kontemporer dengan berbagai pendekatan interdisipliner secara komprehensif (3)bagi mahasiwa bahasa dan sastra Indonesia, hendaknya dalam mempelajari ilmu analisis wacana juga menyeimbangkannya dengan ilmu linguistik yang disesuaikan dengan perkembangan konteks wacana. (4)bagi dosen Bahasa dan Sastra Indonesia, hendaknya ikut berperan serta mengembangkan kajian analisis wacana baik di tingkat internal akademik maupun non akademik, dengan melibatkan mahasiswa dalam proses pengkajian sebagai bagian dari pembelajaran analisis wacana (5) bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia, hendaknya ikut berperan serta mengembangkan rujukan materi Bahasa Indonesia, khususnya materi kemampuan membaca intensif dan kemampuan berbicara.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210402145;
dc.subjectKAMPANYE SOESILO BAMBANG YUDHOYONOen_US
dc.titleRETORIKA WACANA KAMPANYE SOESILO BAMBANG YUDHOYONO PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2009en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record